Anak Risma Maju Pilwali Surabaya, Pakar Sindir Kekuasaan Seperti Minum Air Laut

Anak Risma Maju Pilwali Surabaya, Pakar Sindir Kekuasaan Seperti Minum Air Laut
Fuad Bernardi (Foto: Deny Prastyo Utomo/detikcom)

Riauaktual.com -  Fuad Bernardi, anak Wali Kota Tri Rismaharini menyatakan siap maju di Pilkada Surabaya 2020. Putra sulung Wali Kota Risma itu mengaku siap jika dicalonkan sebagai Calon Wakil Wali Kota jika mendapat rekomendasi dari DPP PDIP.

Pakar Psikologi Politik Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya Andik Matulessy menilai jika hal itu terjadi, maka politik dinasti akan mewarnai Pilkada Surabaya 2020. Dia juga mengaku tidak setuju degan politik dinasti.

"Saya termasuk yang menolak politik dinasti dalam pilkada. Karena banyak yang mengandalkan nama dinastinya daripada kompetensi sebagai pemimpin," tegas Andik sebagaimana dikutip dari detikcom, Jumat (14/8/2020).

"Semua pasti merasa siap untuk menjadi wali kota atau wakil, apalagi ada dukungan dari petahana. Namun demikian secara riil konstelasi politik tidak memungkinkan tokoh tanpa jejak politik akan didukung oleh parpol," jelas Andik.Menurut Andik, meskipun mengaku siap maju sebagai kader partai, namun anak Wali Kota Risma dinilai belum punya cukup jejak politik. Apalagi dia juga tidak mendaftar saat penjaringan calon sebelumnya.

"Calon pemimpin harus memiliki jejak politik atau jejak karir yg memadai karena memimpin sebuah daerah tentu membutuhkan kompetensi, komunikasi, negosiasi, political power dan berbagai kekuatan penting lainnya," imbuhnya.

Andik mengakui bahwa setiap orang mempunyai hak untuk dipilih dan memilih saat Pilkada Serentak 2020. Menurutnya calon seorang pemimpin harus mempunyai jejak dan pengalaman yang nantinya bisa menjadi landasan yang kuat dalam memimpin.

"Hak untuk mencalonkan dicalonkan atau dipilih memang semua warga negara. Namun demikian kecerdasan dalam memilih pemimpin yang memiliki track record dan pengalaman yang memadai harus bisa menjadi alasan kuat," tukasnya.

"Saya tidak berbicara tentang usia tapi pengalaman dalam mengelola organisasi besar yang penuh problem yang tidak mudah diselesaikan," lanjut alumnus Fakultas Psikologi UGM itu.

"Kalaupun ada yang menggunakan dinasti sebagai kendaraan politik sebaiknya tidak ada dependensi atau ketergantungan pada dukungan power dari keluarganya. Tapi realitanya apakah mungkin?," tuturnya.Dikatakan Andik, bisa saja politik dinasti di Pilkada Surabaya 2020 digunakan sebagai kendaraan pencalonan. Namun dia ragu calon tersebut akan bebas dari campur tangan keluarganya untuk meraih kemenangan dalam pemilihan.

"Kekuasaan itu seperti minum air laut, semakin lama semakin haus," pungkas Andik.

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index