Riauaktual.com - Jumlah kasus infeksi virus corona terkonfirmasi di Jepang melonjak pesat dalam beberapa pekan terakhir, membungkam suara-suara penuh keyakinan di awal wabah bahwa negara itu mampu mengendalikan penyebarannya.
Sampai dengan Kamis (23/4/2020) kemarin, Jepang mencatat 11.950 kasus positif, termasuk 299 korban jiwa. Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan data pada 1 Maret di mana hanya ada 243 kasus.
Lonjakan tajam itu membuat Perdana Menteri Shinzo Abe mengumumkan darurat nasional pada 17 April, padahal semula hanya tujuh prefektur yang terkena kebijakan ini.
Pekan lalu, tim pakar pemerintah memperingatkan bahwa Covid-19 bisa menewaskan lebih dari 400.000 orang di Jepang jika tidak dilakukan langkah-langkah mitigasi seperti social distancing. Sebagian besar korban jiwa mungkin diakibatkan oleh kurangnya ventilator atau alat bantu pernapasan.
Pekan ini Jepang mulai meningkatkan jumlah pengujian sampel untuk kasus Covid-19. Kombinasi kurangnya perlengkapan medis, jumlah pengujian yang rendah, dan minimnya imbauan kerja jarak jauh membuat Jepang sekarang harus bekerja ekstra keras untuk menekan jumlah kasus baru.
Pemerintah Jepang dinilai lamban dalam merespons pandemik ini. Sampai pertengahan April, baru dilakukan pengujian terhadap 90.000 orang, jauh di bawah Korea Selatan yang telah menguji 513.000 orang. Populasi Korsel 51 juta orang, sementara Jepang memiliki 127 juta penduduk.
Panik
Kepanikan pemerintah juga tercermin dari pernyataan kontroversial wali kota Osaka, kota terbesar ketiga di negara itu.
Wali Kota Ichiro Matsui mengatakan sebaiknya kaum pria saja yang berbelanja kebutuhan sehari-hari selama pandemik ini, karena perempuan butuh waktu terlalu lama dan hanya menambah ramai pusat perbelanjaan.
Menurutnya, kalau kaum pria yang belanja, hal itu bisa mengurangi potensi penularan Covid-19 karena mereka tidak suka berlama-lama di toko.
"Perempuan butuh waktu lebih lama saat belanja karena mereka membanding-bandingkan berbagai produk lalu menimbang mana opsi yang terbaik," kata Matsui dalam jumpa pers terkait virus corona di Osaka Kamis kemarin.
"Kalau laki-laki dia dengan cepat mengambil barang yang diminta dibeli sehingga mereka tidak akan keluyuran di supermarket -- itu bisa menghindari kontak dengan orang lain," imbuh Matsui.
Dua orang pria bermasker berbelanja di sebuah supermarket di Tokyo, Jepang, 23 April 2020. (AFP)
Pernyataannya itu memicu kecaman di media sosial. Salah satunya mengatakan wali kota sendiri mungkin tidak pernah belanja di supermarket untuk keluarganya.
Jurnalis senior Shoko Egawa bercuit: “Orang yang tidak tahu kehidupan sehari-hari sebaiknya tidak berkomentar.”
Sekitar 51% populasi di Jepang adalah perempuan. Menurut indeks kesenjangan gender dari World Economic Forum (WEF), peringkat Jepang sangat rendah yaitu 110 dari 149 negara.
Sumber: CNN
