IPA Gelar Aksi Tolak WTO di Bali

IPA Gelar Aksi Tolak WTO di Bali
Ilustrasi. FOTO: int

BALI, RiauAktual.com - Indonesian People Alliance (IPA) menggelar aksi menolak WTO atau yang dikenal dengan aksi Junk WTO di Bali, Selasa (3/12/2013). Aksi dimulai dari Lapangan Puputan Bali hingga ke GOR Ngurahrai Bali tempat agenda People Global Camp (PGC) dilaksanakan dengan meneriakkan yel-yel penolakan terhadap WTO dan membawa atribut dengan bermacam-macam tulisan.  

IPA yang beranggotakan berbagai organisasi rakyat ini, bereaksi terhadap pertemuan tingkat menteri negara-negara anggota WTO di Bali yang diadakan 3-6 Desember  2013.

“WTO sudah menghisap dan melakukan penindasan terhadap rakyat di negara-negara berkembang dan sedang berkembang. Mereka menggunakan instrumen World Bank dan organisasi donor untuk mengikat negara-negara ini. Tidak ada yang WTO hasilkan sejak dua dekade berdiri. Hanya menyengsarakan rakyat. Mereka harus dibubarkan. Mereka harus dicampakkan ke tempat sampah,” demikian dikatakan koordinator dan jurubicara IPA, Ahmad SH dalam pernyataan sikap sebelun aksi digelar.

Tidak hanya organisasi massa yang ada di indonesia, aksi ini juga diikuti oleh organisasi masyarakat internasional dari negara Filipina, Bangladesh, India, Australia, Hongkong dan negara-negara di Asia Pasifik lainnya. Mereka semua terdiri dari organisasi-organisasi  petani, buruh pabrik dan buruh migran, perempuan, lingkungan, NGO, masyarakat adat dan masih banyak lagi organisasi berbasis masyarakat lainnya, termasuk mahasiswa dibawah bendera Front Mahasiswa Nasional (FMN).

Aksi tolak WTO ini tidak hanya dilakukan dengan aksi jalan kaki sepanjang 2 Km, tetapi juga berbagai aktivitas lain yang dirangkum dalam satu agenda besar People Global Camp (PGC) yang diartikan sebagai kemah rakyat internasional. Pada PGC yang berlangsung dari Tanggal 3-6 Desember ini, sejumlah kegiatan akan digelar. Diawali dengan aksi mahasiswa indonesia di Konsulat Amerika di Bali, aksi IPA di Lapangan Puputan, orasi oleh utusan organisasi peserta PGC,workshop oleh berbagai organisasi, pentas seni, bazaar dan akan diakhiri dengan pleno anggota IPA. PGC akan diakhiri dengan aksi kembali oleh IPA.

“Melalui WTO, kapitalis memperkuat cengkramannya di negara-negara berkembang. Feodalisme dilanggengkan, tanah-tanah tidak lagi dikuasai oleh rakyat petani tetapi oleh para tuan tanah dan pemilik modal,” kata Sekjen Aliansi Gerakan reforma Agraria (Agra), Rahmat saat akan memulai aksi.

“Pendidikan mahal dan dikomersialkan. Anggaran pendidikan 20 persen ikut dialokasikan untuk aktivitas pemerintah,” timpal Sejen FMN Sandi Ame.

Dampak kolonialisme dan imperialisme WTO saat ini juga dirasakan oleh kaum perempuan. Perempuan yang jumlahnya lebih dari setengah penghuni negara ini, menderita akibat tingginya biaya hidup, pendidikan dan kesehatan. Masyarakat di desa tidak lagi memiliki lahan garapan, akibatnya negara memaksa kaum perempuan menjadi buruh migran di luar negeri,” kata Direktur Serikat perempuan Indonesia (Seruni) Dewi Amalia yang ditemui di kegiatan PGC.

“Karena itu, liberilsme di sektor perdagangan dan pertanian harus dihilangkan. WTO dibubarkan karena tidak ada gunanya sama sekali selain membuat sengsara rakyat dan memperkuat perekonomian negara maju. Mereka mempengaruhi kebijakan negara dan memiskinkan masyarakat dengan hutang yang diberikan. Jadi tolak WTO dan Junk WTO,” pekik Rahmat yang merupakan aktivis Walhi ini.

Sejumlah lembaga nasional dan internasional yang hadir pada PGC di Bali dan tergabung di dalam IPA berjumlah lebih dari 50 lembaga, diantaranya adalah Walhi, Solidaritas Perempuan, Gabungan Serikat Buruh Independen, Persatuan Pers Mahasiswa Indonesia, Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Front Mahasiswa Nasional (FMN), Serikat Buruh Migran Indonesia, Sawit Watch, PBHI Jakarta, Seruni, Pilar Seni, APRN, ILPS, Piston, APR dan  lain sebagainya.

Laporan: Realise
Editor: Riki

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index