Alfamart dan Indomaret Dinilai Akan Matikan Usaha Pedagang Kecil di Pekanbaru

Alfamart dan Indomaret Dinilai Akan Matikan Usaha Pedagang Kecil di Pekanbaru
ilustrasi. int

PEKANBARU, RiauAktual.com - Keberadaan toko Alfamart dan Indomaret di Kota Pekanbaru semakin tidak terkendali. Meski pada awalnya hanya diperbolehkan berdiri di jalan protokol saja, kini bisnis waralaba itu sudah merambat hingga ke seluruh daerah pelosok, bahkan di gang kecil pun toko Alfamart dan Indomaret tersebut sudah tak susah lagi ditemukan, maka pemerintah diminta segera melakukan kajian ulang.

Sebab, masyarakat Kota Pekanbaru yang bertahan hidup dari hasil berjualan kecil-kecilan di rumah, kini sudah merasakan imbas dari keberadaan Alfamart dan Indomaret ini. "Kemarin memang ini kedai harian, sekarang jadi kedai basah (jual ikan dan sayur), kalau bertahan jual rokok dan makanan ringan ga jalan, karena sekarang orang lebih suka belanja di Indomaret," sebut Asmawati, pedagang kecil di Jalan Suka Karya, Tampan, Pekanbaru, Minggu (6/10/2013).

Asmawati hanya sebagian kecil pedagang di Pekanbaru yang merasakan imbas atas keberadaan bisnis bermodal besar tersebut. Banyak pedagang kecil lainnya yang juga merugi hingga berganti profesi ke pekerjaan yang lain. "Saya jualan dulunya, tapi tak jalan lagi maka saya jadi pembeli kara (barang bekas)," kata Kakang, yang kini jadi pembeli barang bekas.

Menanggapi kondisi ini, Ketua Komisi II DPRD Kota Pekanbaru Ir Nofrizal MM, menegaskan, agar pemerintah segera mengatur dan melakukan kajian kembali atas keberadaan Alfamart dan Indomaret ini. Jika dibiarkan berlarut-larut, maka berdampak kepada matinya usaha pedagang kecil di Pekanbaru.

"Kita minta Pemko segera mengatur ini. Karena sekarang sudah sampai ke gang-gang dibuka tokonya," kata Nofrizal.

Padahal kesepakatan awal, toko Alfamart dan Indomaret ini hanya diperbolehkan dibuka di jalan protokol saja. Sementara saat ini, di mana-mana sudah mudah dijumpai gerai ritel tersebut.

"Sebelum berdampak lebih jauh lagi, kita sarankan segera diatur kembali. Lakukan kajian, apa dan bagaimana dampak keberadaan ritel tersebut, baik dampak masa panjang maupun jangka pendek," sebutnya.

Demikian juga dikatakan Anggota Komisi II lainnya Zaidir Albaiza. Dirinya sebagai Ketua Ikatan Sosial Pedagang Pasar Kota Pekanbaru, mengaku sangat miris melihat kebijakan Pemko Pekanbaru yang tidak tegas dalam mengawasi pertumbuhan bisnis ritel tersebut, sehingga berkembang kemana-mana dan mengancam keberadaan pedagang kecil.

"Ini sudah keluar dari kesepakatan yang disampaikan Wako, bahwa hanya di jalan protokol saja waralaba ini berdiri, perwilayah hanya 4 ritel saja. Sekarang tak ada lagi, dimana saja ada tempat celah mereka bisa berjalan. Sepanjang jalan itu dia-dia (Alfamart-Indomaret) saja yang mengisinya," kata Zaidir menyesalkan.

Bahkan, Ketua Badan Legislasi DPRD Kota Pekanbaru ini menilai bahwa pemerintah tidak membayangkan kedepan keberadaan ritel yang tak terkontrol ini akan mematikan pedagang kecil. "Lambat laun pedagang kesil akan mati secara bertahap, percaya lah itu," tuturnya.

Sebagai pedagang, Zaidir juga mengaku memahami betul bagaimana trik berdagang yang dilakukan Alfamart dan Indomaret. Yakni dengan sistem monopoli harga, sehingga pedagang kecil mati di Pekanbaru hanya Alfamart dan Indomaret saja yang mendominasi, tak ada pilihan lain lagi.

"Trik yang dipakai orang ini, seperti sementara ini harganya agak mahal, itu trik dagang saja. Suatu hari nanti mereka akan banting harga ketika tokonya sudah mengisi dimana-mana. Semua pindah ke Alfamart dan Indomaret. Ketika pedagang toko lainnya bangkrut dan tutup, mereka ini nantinya yang menguasai pasar," terang Zaidir menggambarkan.

Dampak lain dari keberadaan ritel di Pekanbaru yang tidak ditata dengan baik, sebut Zaidir, yakni bertambahnya jumlah pedagang kaki lima. Sebab, pedagang yang tadinya berjualan di toko merugi karena tak mampu bersaing dengan pemodal besar, maka mencari jalan pintas dengan menjajakan jualannya di pinggir jalan.

"Kalau yang putus asa tentu setelah merugi mereka akan menganggur. Ujung-ujungnya, tindak kriminalitas pun semakin meningkat. Jadi, jangan dikira tak luas dampaknya kalau ritel ini tidak diatur," beber Zaidir.

Pemko Pekanbaru, juga dinilai Zaidir telah lengah. Sehingga, keberadaan Alfamart dan Indomaret ini tak bisa lagi direm. Apalagi, sebagai usaha yang akan terus berkembang dalam jangka panjang, Zaidir berpikir bahwa ritel tersebut yang sudah berkembang secara nasional, jelas ingin menguasai pasar di Kota Pekanbaru.

"Pemko jangan lengah, kita minta ini harus dikaji ulang.  Kalau ini berlanjut, maka yang kaya semakin kaya saja dan si miskin tambah miskin. Di Solo saja tak diterima Alfamart dan Indomaret ini," pungkasnya.

Sekretaris Komisi IV Muhammad Sabarudi ST, juga angkat bicara terkait persoalan Alfamart dan Indomaret yang telah merambat kemana-mana dan akan mematikan usaha pedagang tempatan.

"Dari dulu saya bilang, ritel ini hanya boleh 4 sampai 5 dalam satu kecamatan. Tapi tidak dihiraukan pemerintah himbauan kita itu," keluh Sabarudi.

Permintaan Sabarudi tersebut, sesuai dengan laporan masyarakat yang masuk ke dirinya. Bahwa, semenjak berkembangnya Alfamart dan Indomaret di Kota Pekanbaru, masyarakat yang membuka usaha kedai harian sudah banyak gulung tikar.

"Saya sejak awal tidak setuju kalau ritel ini ada di Pekanbaru. Sekarang sudah ada maka harus dibentuk peraturan khusus untuk ritel ini," tambah Sabarudi.

Ketua Komisi III DPRD Kota Pekanbaru Muhammad Fadri AR, menentang keras jika pihak Alfamart dan Indomaret tidak mempekerjakan tenaga kerja lokal.

"Jangan sampai mereka mencari keuntungan saja, apalagi sampai membawa tenaga kerja dari Jawa. Harapan kita agar SDM di daerah kita ini dapat dimanfaatkan ritel tersebut," pinta Fadri.

Ditambahkannya, dalam mempekerjakan tenaga kerja lokal, Alfamart dan Indomaret diminta mematuhi aturan Dinas Tenaga Kerja.

"Jangan sampai mempekerjakan tenaga kerja melebihi waktu yang telah diatur. Aturan itu harus diperhatikan dan dijalankan," imbuhnya. (rrm)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index