Gadis Autis di Demak Ini Hanya Berteman Radio Setiap Harinya

Gadis Autis di Demak Ini Hanya Berteman Radio Setiap Harinya
Kondisi rumah yang dihuni Sri dan Nining (Foto: Wikha Setiawan/detikcom)

Riauaktual.com - Kondisi rumah, tempat Nining Ayu Wulandari (22 tahun), penyandang autis hidup sangat memprihatinkan. Dinding kayu sudah rusak dan atap mulai rapuh nyaris roboh. Di rumah itu dia menghabiskan hari-hari bersama radionya.

Tiap hari, Nining ditinggal di dalam rumah yang berada di Desa Rayungkusuman RT 9 RW 6 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak, itu saat kakaknya, Sri Handayani (35), pergi bekerja. Sri mengunci rumah itu agar adiknya aman dan tidak keluar rumah.

Semua ruangan rumah tidak dapat digunakan secara layak. Kasur di ruang tamu dan ruang belakang terlihat kumal dan kotor. Sejumlah barang bekas berserakan di tiap sudut ruangan di atas lantai tanah.

Nining sendiri hanya duduk dan berdiri di dekat pintu utama rumah. Sesekali menengok lewat celah dinding kayu yang rusak saat ada orang di luar rumah. Suara radio terdengar dari dalam rumah. Hanya itu yang menemani Nining.

Ia sesekali menengok dari dalam rumah melalui celah dinding kayu rumahnya yang rusak. Ia dikunci di dalam rumah, karena kakaknya, Sri Handayani (35 tahun) bekerja sebagai buruh rongsok.

Nining terdengar beberapa kali tertawa, kemudian menangis. Sesaat kemudian, Sri Handayani pulang pada jam istirahat bekerja.

"Adik saya (Nining) memang sejak lahir begitu (autis). Tidak bisa diajak komunikasi. Hanya tertawa dan menangis," cerita Sri Handayani, Senin (15/1/2018).



Sri merawat adiknya itu sendirian setelah ibunya, Saroh meninggal dunia dua tahun lalu. Sedangkan bapaknya, Sastro Witono meninggalkan rumah 30 tahun yang lalu, hingga kini sama sekali tidak pernah menengok keluarganya.

Di rumah yang mau roboh, ia biasa tinggalkan Nining sendirian sejak pukul 08.00 WIB sampai 16.00 WIB. Hanya suara radio yang menemani Nining saat kakaknya bekerja.

"Kalau saya kerja saya putarkan radio dan saya kunci semua pintu. Kalau tidak ada radio biasanya marah," papar Sri yang masih melajang.

Hasil kerjanya dibuat menghidupi kebutuhan bersama adiknya. Upahnya sendiri Rp 27 ribu per hari dan diterimakan satu minggu sekali.

"Iya, adik saya di dalam rumah dan saya kunci karena takutnya jalan dan hilang. Makanya saya tutup," lanjutnya.

Tiap hari, Ia memberi makan dan memandikan adiknya sebelum berangkat kerja. Demikian juga setelah ia pulang dari kerja. Selama ini, ia belum mendapatkan bantuan dari pemerintah.

"Begitu tiap hari. Saya merawatnya semampu saya. Tidak pernah ada bantuan. Saya hanya punya kartu indonesia sehat (KIS)," tuturnya.

Ketua Lazis Masjid Baiturahman Rayungkusuman, Ibnu Wibowo, menuturkan bahwa kondisi kakak beradik ini sangat memprihatinkan.

"Kondisi adiknya yang sakit, kakaknya juga bekerja hanya sebagai buruh rongsok dan rumahnya mau roboh. Kami saat ini berupaya mencarikan bantuan," tandasnya.

Ketua RT 9 RW 6 Desa Rayungkusuman, Sudarmanto, menuturkan bahwa hampir semua warga di kampungnya adalah kurang mampu.

"Di sini tidak ada yang bisa membantu secara materi karena memang hampir semua warga hidup di bawah garis kemiskinan," katanya saat didatangi rumah Nining, Senin (15/1/2018).

Ia menceritakan, rumah Nining pernah terbakar habis sekitar 10 tahun silam. Lalu, warga kerja bakti membangun rumahnya dengan dana seadanya.

"Saat ini rumahnya kembali rusak. Lantai tanah tidak kuat menahan beban dinding dan atap sehingga rawan roboh," paparnya. (detik.com)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index