Riauaktual.com - Remaja laki-laki itu merangkak di atas kubangan air. Tubuhnya kuyup. Mata mendelik, kepala terangguk-angguk naik turun.
Beberapa orang berdiri mengelilingi remaja usia SMP ini tanpa berbuat apa-apa. Tiba-tiba terdengar suara berseru, "BNN, mana nih BNN!" Sementara ada yang lain mengatakan, "Itu pasti karena flakka!"
Sang bocah, yang tak diketahui namanya, seperti berada dalam dunianya sendiri. Tak acuh. Dia berusaha bangkit, tapi tidak bisa. Lalu jatuh telentang, tak peduli air kubangan di depannya.
Adegan ganjil itu terekam dalam sebuah video yang di-post akun Facebook milik Andi Muslimin, berjudul "Waspada, Flaka Masuk Indonesia - Bocah di Kendari Seperti Zombie".
"Mereka tadi habis minum pil. Saya enggak tahu pil apa. Ada yang bilang flakka. Yang lain bilang PCC. Yang jelas dicampur dengan minuman energi," ujar Andi Muslimin, yang merekam tingkah bocah yang sedang teler itu.
Yang gawat, bocah Kendari yang dibilang seperti zombie (mayat hidup) itu tidak sendiri. Puluhan orang, yang kebanyakan remaja, mengalami hal yang kurang lebih sama di ibu kota Sulawesi Tenggara itu.
Andi menuturkan, remaja itu sempat dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Kendari, tapi ditolak karena tidak diketahui keluarganya. Rupanya, di rumah sakit itu sebelumnya sudah berdatangan puluhan pelajar SD, SMP, dan SMA, usia antara 15-22 tahun dengan kondisi serupa. Namun, ada juga korban ibu rumah tangga dan pegawai kantoran.
"Kemarin pagi menurut data kami hanya sekitar 30 orang, malam ini sudah bertambah jadi 50 orang," kata Murniati, Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Kendari. Hingga pukul 20.23 WIB, Kamis (14/9) malam tercatat 66 orang yang menjadi korban. Mereka dirawat di beberapa rumah sakit jiwa di Kendari. Jumlah terbesar, 26 orang, di RSJ Provinsi, sedangkan sisanya disebar ke empat rumah sakit lain, seperti RSU Bahterams, RSU Bhayangkara, RSU Kota Kendari, dan RSU Korem 143 Kendari.
"Siang tadi (kemarin) jumlahnya 64, barusan bertambah dua lagi jadi sudah 66 orang," kata Humas BNNP Sulawesi Tenggara, Adisak Ray, sebagaimana dikutip dari Liputan6.com, Kamis, 14 September 2017 malam.
Adisak mengungkapkan, sejumlah korban telah dipulangkan ke rumah masing-masing karena berbagai alasan, di antaranya karena kondisi korban yang sudah membaik dan ada pula yang karena pihak keluarga meminta agar anggota keluarganya dipulangkan.
"Sebagian sudah dipulangkan, ada yang memang karena kondisinya sudah membaik ada juga karena keluarga memang meminta untuk dipulangkan," ucapnya.
Meski demikian, ucap Adisak, jika dibandingkan dengan korban yang sudah dipulangkan, saat ini masih lebih banyak korban yang dirawat di sejumlah rumah sakit yang ada di Kota Kendari.
"Masih lebih banyak yang dirawat intensif karena kondisinya belum membaik, bahkan masih ada yang belum sadarkan diri," ujarnya.
Saat ini, pihak BNNP Sulawesi Tenggara, BNNK Kendari, pihak Kepolisian dan Badan POM telah membuat posko yang dipusatkan di Polresta Kendari. "Hari ini kita sudah buat posko yang dipusatkan di Polresta Kendari," tuturnya.
* Gangguan Mental
Kepala BNN Kendari Murniati menyebutkan, para korban dimasukkan ke rumah sakit jiwa karena tingkah laku mereka seperti orang tidak waras atau mengalami gangguan kepribadian dan disorientasi.
Sebagian datang dalam kondisi delirium (linglung, tidak mampu berpikir jernih). Sebagian besar mengamuk, berontak, bicara tak karuan, hingga terpaksa diikat. "Ada yang pingsan, berontak, kejang-kejang, mulut berbusa. Semuanya masih dalam pengaruh obat. Jadi, bisa dikatakan tidak sadarkan diri," ujar Humas BNNP Sultra, Adi Sak-Ray menambahkan.
Rupanya, mereka menjadi korban penyalahgunaan pil bertuliskan 'PCC' (Paracetamol Cafeine Carisoprodol)--bukan narkoba jenis flakka seperti yang sebelumnya disebut-sebut.
Yang celaka, tak hanya membuat penggunanya hilang kesadaran atau bertingkah seperti orang tidak waras, pil PCC ini bahkan sudah menghilangkan nyawa penggunanya.
"Kemarin meninggal R, pelajar SD kelas VI, umur 13 tahun. Dia memang sempat dibawa ke RS, tapi sudah terlambat," ujar Adi.
Dia mengatakan ada satu lagi yang meninggal, pun diduga usai menelan pil ini. Hanya saja, korban belum sempat dibawa ke rumah sakit.
"Ini kami dapat info ada lagi yang meninggal, belum sempat dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan, jadi belum terdata," katanya.
* Kenapa Berefek Seperti Gangguan Jiwa?
Menurut Okti Puji Astuti, Karisoprodol bisa mengganggu pikiran dan reaksi tubuh. Obat ini tidak boleh diminum bersama alkohol, karena akan menimbulkan rasa kantuk atau keliyengan.
Perlu dicatat, para pengguna tablet PCC di Kendari tidak sekadar menelan pil ini. Mereka mencampurnya dengan berbagai minuman, seperti minuman energi.
"Minum obat itu tidak boleh dicampur yang aneh-aneh. Efeknya kasat mata: kejang-kejang, mata merah. Kalau dicampur macam-macam, apa pun obat yang kita minum tidak sesuai aturan pakai, tidak sesuai resep dokter, ya bisa seperti itu," Adila menjelaskan. "Apalagi kalau sekali minum 5-10 butir, akan menyebabkan teler."
Kandungan dalam tablet PCC memiliki fungsi masing-masing.
"Paracetamol itu penghilang rasa sakit, Cafein untuk perangsang saraf, dan Carisoprodol itu relaksan atau pelemas otot. Kalau dicampur minuman lain, ya akan lain efeknya," ujar Adila.
Akibatnya, bila PCC yang bisa membuat peminumnya lemah, lemas, dan tak berdaya karena sarafnya sangat rileks akan makin parah kondisinya bila dicampur bahan lain yang terkandung dalam minuman energi. Tak heran, para penggunanya bakal kelihatan seperti orang mabuk, keliyengan alias teler.
Reaksi meminum PCC akan berbeda-beda pada setiap orang. Saat diresepkan, PCC tidak boleh sembarang diberikan pada orang lain. Ini karena Karisoprodol memiliki sifat habit-forming (bisa ketagihan). Hanya dokter yang boleh meresepkannya. Apalagi obat ini tidak punya izin edar
Sumber : lipitan6.com
