EKONOMI (RA) - Managing Director and Chief Operating Officer World Bank Sri Mulyani mengadakan kuliah umum di Universitas Indonesia. Dia mengaku senang kembali ke kampus almamaternya tersebut.
"Saya senang dapat kembali ke kampus, ke almamater saya. Saya merasa pulang kampung. Disinilah saya mulai belajar ilmu Ekonomi, sebuah disiplin ilmu yang telah membekali saya dengan pengetahuan teknis tentang berbagai masalah pembangunan dan ekonomi," ujar Sri di kampus UI, Depok, Selasa (26/7).
Dalam kuliah umum tersebut, Sri Mulyani mengaku khawatir rapuhnya pertumbuhan ekonomi dunia. Bahkan, Bank Dunia telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 2,9 persen menjadi 2,4 persen.
Bank Dunia, kata dia, melihat perlambatan ekonomi tersebut disebabkan perubahan struktural ekonomi Tiongkok, rendahnya harga-harga komoditas, menurunnya aliran modal ke negara berkembang, meluasnya konflik dan serangan terorisme, serta perubahan iklim global.
"Saya baru kembali dari Argentina minggu lalu, dimananya ekspor ke Tiongkok telah melemahnya ekspor ke Tiongkok telah melemahkan ekonomi di Argentina, yang memiliki 35 persen ekspor ke Tiongkok," jelasnya.
"Kondisi yang sama juga dialami negara-negara Amerika Latin, Afrika, Asia Tengah, Serta Asia Tenggara termasuk Indonesia, Tiongkok menerima 11 persen barang ekspor dari Indonesia," tambahnya.
Sebaliknya, Menurut Mantan Menteri Keuangan ini, pertumbuhan penduduk semakin meluas. "Kesediaan untuk bekerja sama antar negara berada di titik terendah sepanjang sejarah. Apa yang terjadi di Inggris dengan keputusan untuk keluar dari Uni Eropa atau Brexit adalah salah satu contohnya," tuturnya.Managing Director and Chief Operating Officer World Bank Sri Mulyani mengadakan kuliah umum di Universitas Indonesia. Dia mengaku senang kembali ke kampus almamaternya tersebut.
"Saya senang dapat kembali ke kampus, ke almamater saya. Saya merasa pulang kampung. Disinilah saya mulai belajar ilmu Ekonomi, sebuah disiplin ilmu yang telah membekali saya dengan pengetahuan teknis tentang berbagai masalah pembangunan dan ekonomi," ujar Sri di kampus UI, Depok, Selasa (26/7).
Dalam kuliah umum tersebut, Sri Mulyani mengaku khawatir rapuhnya pertumbuhan ekonomi dunia. Bahkan, Bank Dunia telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dari 2,9 persen menjadi 2,4 persen.
Bank Dunia, kata dia, melihat perlambatan ekonomi tersebut disebabkan perubahan struktural ekonomi Tiongkok, rendahnya harga-harga komoditas, menurunnya aliran modal ke negara berkembang, meluasnya konflik dan serangan terorisme, serta perubahan iklim global.
"Saya baru kembali dari Argentina minggu lalu, dimananya ekspor ke Tiongkok telah melemahnya ekspor ke Tiongkok telah melemahkan ekonomi di Argentina, yang memiliki 35 persen ekspor ke Tiongkok," jelasnya.
"Kondisi yang sama juga dialami negara-negara Amerika Latin, Afrika, Asia Tengah, Serta Asia Tenggara termasuk Indonesia, Tiongkok menerima 11 persen barang ekspor dari Indonesia," tambahnya.
Sebaliknya, Menurut Mantan Menteri Keuangan ini, pertumbuhan penduduk semakin meluas. "Kesediaan untuk bekerja sama antar negara berada di titik terendah sepanjang sejarah. Apa yang terjadi di Inggris dengan keputusan untuk keluar dari Uni Eropa atau Brexit adalah salah satu contohnya," tuturnya. (merdeka.com)
