RIAUAKTUAL (RA) - Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) menyampaikan peringatan keras soal meningkatnya masalah kesehatan mental pada anak dan remaja. PDSKJI menyebut, jangka panjang visi Indonesia Emas 2045 terancam bila persoalan ini tidak ditangani sejak dini.
Riset PDSKJI tahun 2025 yang menggunakan Alat Ukur Fungsi Eksekutif Indonesia (AUFEI) pada 624 remaja usia transisi (13-24 tahun) menghasilkan temuan yang mengejutkan:
- 507 remaja belum berkembang optimal pada fungsi eksekutif.
- 39,8% masih kesulitan working memory sehingga fokus mereka mudah terpecah dan sulit menimbang konsekuensi.
- 32,7% kesulitan inhibitory control, yang menjelaskan mengapa banyak remaja mudah tersulut emosi dan bertindak tanpa berpikir panjang.
- 55,4% responden menunjukkan spiritual functioning yang belum matang. Artinya, nilai dan batas moral mereka belum terbentuk kuat untuk menjadi 'rem' saat menghadapi tekanan sosial atau krisis eksistensial.
- Lemah Spiritual Functioning: Lebih dari separuh responden (55,4%) menunjukkan spiritual functioning yang belum matang. Artinya, nilai, makna hidup, dan batas moral mereka belum terbentuk kuat untuk menjadi 'rem' saat menghadapi tekanan sosial atau krisis eksistensial.
Menurut PDSKJI, fungsi eksekutif yang lemah inilah yang membuat remaja lebih rentan mengalami kecemasan, depresi, impulsivitas, hingga problem sosial seperti perundungan dan adiksi digital.
"Fungsi eksekutif adalah pusat kendali otak. Gangguannya bukan masalah perilaku, tetapi persoalan biologis otak yang harus ditangani secara ilmiah," tegas psikiater Dr dr Suzy Yusna Dewi, Sp.KJ(K), MARS, dikutip dari detikcom.
Era Digital Bikin Tambah Rentan
PDSKJI menilai perkembangan teknologi tidak hanya mempercepat proses belajar, tetapi juga mempercepat disfungsi otak bila tanpa kendali. Paparan gawai berlebihan, perundungan daring, serta tekanan sosial dinilai mengganggu perkembangan prefrontal cortex, pusat fungsi eksekutif otak.
"Anak dan remaja yang fungsi eksekutifnya belum matang lebih mudah stres, marah, sulit fokus, dan kehilangan arah tujuan hidup," lanjut dr Suzy
