RIAUAKTUAL (RA) - Campak pada anak merupakan penyakit infeksi virus akut yang sangat menular. Penularannya bahkan bisa empat hingga lima kali lebih cepat dibanding COVID-19.
Demikian Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menegaskan hal ini dalam Seminar Media Daring “KLB Campak pada Anak dan Update Rekomendasi Vaksinasi IDAI”.
Ketua Pengurus Pusat IDAI Dr. dr. Piprim Basarah Yanuarsopara mengatakan, karena tingkat penularan campak sangat tinggi, maka cakupan imunisasi juga harus tinggi agar tercipta herd immunity.
"Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus measles (genus morbillivirus, family paramyxovirus). Penularannya terjadi melalui percikan napas atau ludah penderita," ujarnya.
Demi mencegah penyakit yang sangat menular ini semakin berkembang, dr. Piprim kembali mengingatkan pentingnya imunisasi sebagai upaya preventif serta mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) campak terulang seperti yang sekarang terjadi di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Senada dengan dr. Piprim, pada kesempatan yang sama, Prof. Dr. dr. Edi Hartoyo, Sp.A(K), Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik IDAI menyatakan, komplikasi campak pada anak bisa sangat berbahaya.
Beberapa di antaranya pneumonia sebanyak 6 persen, diare berat 8 persen, ensefalitis/ radang otak 0,1 persen, radang telinga, kejang, hingga dehidrasi.
"Campak pada anak bahkan bisa menyebabkan kematian dan risikonya makin tinggi bila anak mengalami malnutrisi atau daya tahan tubuh lemah," jelas Prof. Edi.
Imunisasi sebagai cara pencegahan campak pada anak sangatlah penting, tekan Prof. Edi. Ada tiga langkah utama untuk mencegah penularan campak.
Pertama, lakukan imunisasi aktif dengan vaksinasi Measles-Rubella (MR).
"Vaksin MR diberikan mulai usia 9 bulan, diulang pada 18 bulan, lalu dilanjutkan saat SD. Satu dosis vaksin MR memberikan perlindungan 85 persen, dan dua dosis mencapai 95–97 persen perlindungan," imbuhnya.
Langkah kedua dengan imunisasi pasif, yakni menggunakan immunoglobulin yang diberikan dalam waktu 5 hari setelah terpapar virus.
Yang ketiga, isolasi. Pasien campak perlu diisolasi karena penyakit ini sangat mudah menular.
Ketua Satgas Imunisasi IDAI Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K) menambahkan bahwa campak tidak hanya menyerang pernapasan. Komplikasinya bisa berujung pada kerusakan otak, telinga, hingga menyebabkan kebutaan.
Sementara itu rubella lebih berisiko pada ibu hamil, karena bisa menyebabkan kelainan jantung, gangguan pendengaran, bahkan kebutaan pada janin.
"Banyak orang tua masih khawatir soal efek samping vaksin. Faktanya, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang mungkin muncul biasanya ringan dan sementara, seperti demam yang terjadi 1–2 hari (5–15 persen kasus), ruam ringan (2 persen kasus), dan nyeri sendi sementara (0–3 persen kasus). Sebaliknya, risiko tidak imunisasi jauh lebih besar karena komplikasi campak bisa berujung fatal," papar Prof. Hartono.
Kemenkes saat ini telah mengeluarkan jadwal imunisasi terbaru yang mencakup berbagai vaksin penting, termasuk MR di usia 9 bulan, 18 bulan, serta saat anak masuk SD. Dengan mengikuti jadwal imunisasi rutin, anak akan terlindungi dari campak dan penyakit menular lainnya.
Bagi anak yang belum lengkap imunisasi, tidak perlu mengulang dari awal. Ada program imunisasi kejar untuk melanjutkan dosis yang terlewat.
Campak adalah penyakit virus akut yang sangat menular dengan risiko komplikasi serius. Untungnya, penyakit ini dapat dicegah dengan vaksin MR yang terbukti aman dan efektif.
Orang tua tidak perlu ragu untuk membawa anak imunisasi, karena:
- Vaksin campak aman dengan efek samping minimal.
- Anak yang imunisasi lengkap terlindungi hingga 97 persen.
- Imunisasi kejar tetap bisa dilakukan bila jadwal terlewat.
Jangan tunggu sampai terlambat. Lindungi buah hati dengan imunisasi, agar mereka tumbuh sehat, bebas dari ancaman campak dan penyakit menular lainnya.
