JAKARTA (RA) - Presiden RI Prabowo Subianto resmi membentuk Badan Industri Mineral, lembaga baru yang berfokus pada pengembangan logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth minerals.
Lembaga ini dipimpin oleh Brian Yuliarto, yang juga menjabat sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek). Meski demikian, Badan Industri Mineral berdiri secara independen dan tidak berada di bawah Kemendiktisaintek maupun Kementerian ESDM.
Pengangkatan Brian Yuliarto tertuang dalam Keputusan Presiden No. 77 Tahun 2025 tentang Pengangkatan Kepala Badan Industri Mineral. Prosesi pelantikan dilakukan di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin kemarin.
Ketua Umum Masyarakat Ketahanan Energi Indonesia (MKEI), Awaf Wirajaya, menyambut positif langkah tersebut.
"Melihat latar belakang pendidikan beliau (Brian Yuliarto) sebagai seseorang yang lekat dengan science and technology, saya yakin industri mineral Indonesia akan semakin cepat perkembangannya," ujar Awaf kepada riauaktual.com, Selasa (26/8/2025).
Diinformasikan, logam tanah jarang (LTJ) merupakan kelompok 17 unsur kimia dalam tabel periodik. Meski namanya "jarang", unsur ini relatif melimpah, hanya saja keberadaannya tersebar dalam jumlah kecil. LTJ memiliki peran vital di sektor industri berteknologi tinggi, mulai dari peralatan militer, baterai kendaraan listrik, hingga perangkat pemandu rudal nuklir.
Menurut data Kementerian ESDM (2020), LTJ terdiri dari unsur lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), dan lutetium (Lu), serta dua unsur tambahan yakni scandium (Sc) dan yttrium (Y).
Di Indonesia, potensi LTJ tersebar di Sibolga, Kepulauan Riau, Ketapang, Mamuju, hingga Papua Barat. Berdasarkan data 2019, terdapat sedikitnya 28 lokasi potensi LTJ, namun baru sekitar 30 persen yang telah dieksplorasi.
Lebih rinci, data dari Universitas Narotama mencatat potensi di Bangka Belitung mencapai 186.663 ton monasit dan 20.734 ton senotim. Selain itu, cadangan dalam bentuk laterit ditemukan di Sulawesi Tengah (443 ton), Kalimantan Barat (219 ton), dan Sumatera Utara (19.917 ton). Bahkan hasil penyelidikan Badan Geologi menunjukkan adanya LTJ jenis serium di lumpur Lapindo, serta mineral kritis lain seperti litium dan stronsium.
Awaf mengatakan, MKEI menilai pembentukan Badan Industri Mineral akan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional, sejalan dengan target Presiden Prabowo yang menargetkan pertumbuhan ekonomi 8 persen.
Selain itu, pemanfaatan LTJ diyakini mampu memperkuat program prioritas pemerintah, seperti ketahanan energi, pertahanan dan keamanan negara, penguatan sains dan teknologi, serta hilirisasi sumber daya alam.
"Tentunya kami dari MKEI mendukung penuh atas inisiatif Presiden dalam pembentukan lembaga ini. Penggunaan LTJ juga sejalan dengan program prioritas pemerintah dan harapannya bisa mendatangkan kemaslahatan yang sebesar-besarnya untuk rakyat Indonesia," tutup Awaf.
