PEKANBARU (RA) - Mahasiswa Universitas Hang Tuah Pekanbaru dari Program Studi Ilmu Komunikasi menggelar kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) di SMA An-Namiroh pada Rabu, 16 Oktober 2024. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran remaja mengenai kesehatan mental dan menghentikan praktik bullying di lingkungan sekolah.
Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Kepala Sekolah, Ustad Rifai, yang mengucapkan mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa Universitas Hang Tuah yang telah meluangkan waktu untuk memberikan edukasi ke An-Miroh.
Yuyun Priwahyuni, SKM, M.Kes, salah satu pengisi materi yang juga dosen di Univesitas Hang Tuah, menekankan bahwa usia SMA adalah masa yang rentan terhadap masalah kesehatan mental dan bullying.
Sementara pemateri lainnya Yeyen Gumayesty, SKM, M.Kes, menjelaskan bahwa banyak siswa tidak menyadari bahwa perilaku mereka dapat menyakiti orang lain.
"Kita harus lebih peka dan memahami bahwa bullying bisa muncul dalam berbagai bentuk," tambahnya.
Masih dari pemateri, Risa Amalia, S.Ikom, M.Ikom, kemudian memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental remaja. Risa mengungkapkan bahwa bullying dapat berakibat serius bagi kesehatan mental korban, termasuk depresi dan kecemasan.
"Penting bagi kita untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung agar siswa merasa nyaman untuk berbagi perasaan mereka," ungkap Risa.
Dalam sesi diskusi, mahasiswa Fatimasuria dan Sinta juga turut berpartisipasi, memberikan pandangan mereka tentang perlunya kerjasama antara sekolah, orang tua, dan siswa untuk mengatasi masalah ini.
"Pastinya kita semua memiliki peran dalam menciptakan lingkungan yang aman. Mari kita saling mendukung dan menjaga satu sama lain," kata Fatimasuria.
Selama sesi edukasi, mahasiswa memberikan informasi mengenai definisi bullying. Mereka menjelaskan bahwa bullying adalah perilaku agresif dan negatif yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang secara berulang, dengan tujuan menyakiti korban secara mental, fisik, atau seksual.
"Ini adalah perilaku yang sangat merugikan dan harus dihentikan," tegas mereka.
Dampak dari bullying tidak hanya dirasakan oleh korban, tetapi juga pelaku. Fatimasuria menjelaskan bahwa pelaku bullying seringkali mengalami kesulitan dalam konsentrasi belajar karena lebih fokus pada rencana untuk melakukan tindakan berikutnya.
"Kondisi ini dapat mengganggu proses belajar mengajar di sekolah," imbuhnya.
Di sisi lain, korban bullying dapat mengalami penurunan motivasi untuk pergi ke sekolah akibat rasa cemas dan takut.
"Kami mengajak semua siswa untuk berani melaporkan jika mereka menjadi korban atau menyaksikan tindakan bullying," kata Fatimasuria.
Untuk membantu mengatasi masalah ini, mahasiswa mengajak siswa untuk lebih aktif dalam menciptakan suasana yang kondusif di sekolah.
"Dengan saling mendukung dan berkolaborasi, kita bisa menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua orang," ungkap Sinta.
Menutup kegiatan edukasi, mahasiswa memberikan beberapa saran praktis untuk mengatasi bullying, antara lain dengan menunjukkan prestasi, menjalin pertemanan, dan tidak terpancing emosi saat menghadapi pelaku bullying.
"Jangan takut untuk berbagi dengan pihak yang berwenang, seperti guru atau konselor,” kata Sinta.
Dengan adanya edukasi ini, diharapkan siswa bisa lebih peka terhadap isu bullying dan kesehatan mental, serta berani mengambil langkah untuk mengatasi masalah tersebut, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. “
"Mari kita wujudkan lingkungan sekolah yang aman, damai, dan nyaman bagi semua," tutup Sinta.