Riauaktual.com - Kota Jakarta kembali menjadi sorotan karena kualitasnya udaranya yang sangat buruk.
Per 11 Agustus 2023, DKI Jakarta menempati posisi keempat untuk kota besar dengan udara terburuk di dunia.
Pencemaran udara di Ibu kota berada di angka 167 dan masuk ke dalam kategori tidak sehat. Bahkan saat ini langit kota jakarta terlihat berkabut, bukan karena udara yang dingin melainkan karena polusi udara yang tinggi.
Konsentrasi pencemaran udara di Kota Jakarta bisa 4 sampai 5 kali lipat lebih besar daripada standar pedoman kualitas udara WHO.
Bahkan saking ngerinya, saat subuh pun, polusi udara di Jakarta tetap tinggi.
Disebutkan juga bahwa polusi udara telah merugikan sekitar $2.000.000.000 USD atau mencapai hampir Rp31 Triliun. Polusi udara juga diperkirakan telah menyebabkan 7.800 jiwa melayang.
Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Sigit Reliantoro mengatakan bahwa penyebab terbesar buruknya kualitas udara di ibu kota adalah dari penggunaan transportasi pribadi.
Disebutkan bahwa 70% penyumbang polusi udara yang paling utama adalah dari asap kendaraan.
Sigit Reliantoro juga menyebutkan bahwa setiap bulan Juni, Juli, Agustus selalu terjadi peningkatan pencemaran udara di Jakarta akibat dari udara dari arah timur yang bersifat kering, dan ditambah lagi dengan polusi dari kendaraan.
Menurut pakar lingkungan dari Universitas Trisakti, Nirwono Yoga, ada 21 juta motor dan 4 juta mobil yang masuk ke Jakarta setiap harinya.
Selain dari sektor transportasi, yang menyebabkan udara di Jakarta semakin buruk adalah dari sektor industri, perumahan, dan komersial.
Mengutip pernyataan dari Greenpeace, faktor terbesar penyumpang polusi udara di Jakarta adalah keberadaan delapan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara yang beroperasi di Ibu kota.
Dari sisi lingkungan dan kesehatan, dampak negatif batubara juga dirasakan oleh masyarakat Jakarta, khususnya Marunda dan sekitarnya.
Proses peledakan dan pengeboran di pertambangan menghasilkan mineral halus yang tercampur menjadi debu dan dapat menyebabkan pneumokoniosis saat terhirup.
Memang benar, asap kendaraan pribadi menjadi salah satu penyebab utama pencemaran udara di Jakarta, dan kondisi cuaca mempengaruhi intensitas pencemaran.
Namun,aktivitas industri batu bara juga tetap menjadi penyumbang polusi udara jangka panjang yang signifikan di Kota Jakarta.
Sumber: Pojoksatu.id