PEKANBARU (RA) - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Riau mencatat sekitar 162.000 anak di wilayah setempat mengalami putus sekolah mulai dari tingkat SD hingga SLTA.
"Angka anak putus sekolah cukup tinggi mencapai 162.000 anak dengan empat faktor penyebab di antaranya kondisi geografis, sosial, ekonomi dan kesenjangan dari prasana," kata Kepala Disdikbud Riau Kamsol di Pekanbaru, Kamis.
Kamsol mengakui, meski berdasarkan neraca pendidikan 2015 yang menitik beratkan pada penganggaran pendidikan, daerah setempat sudah cukup bagus dalam indikator pencapaian kinerja. Namun, kelemahan masih pada angka anak putus sekolah tinggi di kawasan itu.
"Indikator capaian kinerja kedepannya harus berdasarkan investasi Sumber Daya Manusia bukan difokuskan pada pengeluaran atau pembiayaannya," kata Kamsol.
Kamsol menegaskan, berdasarkan Angka Partisipasi Kasar (APK), menunjukkkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan meningkat tiga persen pada 2015 dengan intervensi pembangunan unit sekolah baru dan ruang kelas baru, sehingga penanganan terhadap angka partisipasi sekolah tertangani dengan baik.
Menurut dia, penyaluran Kartu Indonesia Pintar (KIP) juga menjangkau anak putus sekolah sehingga mendapat hak akses pendidikan sama. Hingga kini pihak Pemprov Riau masih dalam tahapan sinkronisasi data penerima KIP dengan satuan kerja terkait.
Disamping itu, Kamsol memaparkan tentang bahaya generasi putus sekolah dikhawatirkan berpotensi menjadi calon pelaku atau bersaing dengan bandar narkoba, dan sejumlah prilaku merusak lainnya karena terbatasnya kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan penghidupan yang layak.
"Masalah ini tidak bisa diabaikan begitu saja sehingga hal ini perlu menjadi perhatian serius Pemerintah Provinsi Riau dan semua pihak terlibat untuk mengajak mereka kembali untuk sekolah di jalur formal dan informal. Cari mereka di terminal-terminal, di pasar-pasar," katanya dilansir antarariau.com.
Sebelumnya, Staf Ahli Bidang Hubungan Pusat dan Daerah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, James Mondouw saat berada di Pekanbaru akhir Agustus lalu, mengatakan KIP merupakan solusi bagi anak putus sekolah untuk mengenyam pendidikan.
James memaparkan, Kemendikbud RI sedang melakukan verifikasi data KIP untuk anak putus sekolah sehingga terus melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah.
"Diperlukan singkronisasi data dari kabupaten/kota mulai dari tingkat desa dan kelurahan agar mempermudah verifikasi terhadap anak-anak yang belum mendapat akses pendidikan," katanya.
Terima Kartu Indonesia Pintar
Sebanyak 220.937 anak dari 317.244 anak kurang mampu yang berasal dari kabupaten/kota Provinsi Riau telah menerima Kartu Indonesia Pintar (KIP). Data penerima KIP tersebut, sebelumnya telah diajukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Riau.
Berikut data penerima KIP dan yang dikirimkan oleh Kabupaten Kota, Kabupaten Kampar sebagai terbanyak penerimaannya telah mengirimkan 50.969 data yang diterima 36.833 dan retur 1460. Kuantan Singingi dikirim 18.333 data yang diterima 10.036 dan retur 132.
Selanjutnya, Kepulauan Meranti dikirim 23.685 data yang diterima 17.446 dan retur 505. Kabupaten Bengkalis dikirim 27.223 data yang diterima 19.913 dan retur 917. Indragiri Hilir, dikirim 25.044 data yang diterima 15.452 dan retur 190.
Kemudian, Indragiri Hulu, dikirim 32.268 data yang diterima 20.522 dan retur 22. Pelalawan dikirim 16.477 yang diterima 12.281 dan retur 209. Rokan Hilir dikirim 30.696 data yang diterima 22.917 dan retur 255.
Terakhir, Rokan Hulu dikirim 31.583 data yang diterima 22.561 dan retur 1.954.Sedangkan dari data Kemendikbud melalui web Kemendikbud, untuk tahun 2016 penerima Program Indonesia Pintar (PIP), untuk jenjang SD yang sudah disalurkan 109.263 siswa, jenjang SMP 37.897, jenjang SMA 16.968 dan jejang SMK 16.246.