Banjir dan Longsor Tekan Produksi Sawit Sumbar, 30 Persen Kebun Tak Bisa Dipanen

Kamis, 18 Desember 2025 | 11:55:37 WIB
Banjir dan Longsor Tekan Produksi Sawit Sumbar, 30 Persen Kebun Tak Bisa Dipanen

PADANG (RA) - Produktivitas panen kelapa sawit di Sumatera Barat mengalami penurunan signifikan pascabencana banjir bandang dan longsor yang melanda sejumlah wilayah. Hingga kini, genangan air masih merendam sebagian areal perkebunan, sehingga aktivitas panen maupun perawatan tanaman belum dapat berjalan normal.

Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPW APKASINDO) Sumatera Barat, Jufri Nur, mengatakan kondisi kebun di beberapa daerah masih sulit diakses. Selain lahan yang tergenang, kerusakan infrastruktur penunjang seperti jalan dan jembatan turut memperparah situasi di lapangan.

"Produktivitas panen turun jauh karena lahan masih tergenang banjir, sehingga kebun tidak bisa dipanen," ujar Jufri Nur.

Ia mengungkapkan, sekitar 30 persen areal kebun sawit saat ini tidak dapat dipanen. Kondisi tersebut berdampak langsung pada penurunan produksi sekaligus pendapatan petani sawit.

Menurut Jufri, dampak ekonomi menjadi persoalan paling berat yang dirasakan petani pascabencana. Selain kehilangan hasil panen, petani juga harus menanggung biaya tambahan akibat rusaknya fasilitas kebun.

"Pendapatan petani jauh berkurang. Di sisi lain, banyak fasilitas kebun seperti jembatan dan jalan yang rusak, sehingga membutuhkan biaya tinggi untuk perawatan dan perbaikannya," jelasnya.

Ia menambahkan, tingkat kerusakan infrastruktur kebun tergolong cukup parah. Beberapa jembatan bahkan tidak bisa dilalui sama sekali, sementara banyak jalan kebun terkikis arus air dan harus ditimbun ulang agar dapat digunakan kembali.

Terkait kondisi genangan, Jufri memperkirakan air akan mulai surut dalam waktu sekitar dua pekan ke depan, dengan catatan tidak terjadi hujan susulan.

"Kalau tidak hujan lagi, kemungkinan dalam 15 hari kondisi kebun sudah aman," katanya.

Meski akses menuju kebun mengalami kendala, Jufri memastikan distribusi Tandan Buah Segar (TBS) ke pabrik kelapa sawit sejauh ini masih berjalan dan tidak mengalami hambatan berarti.

Ia menjelaskan, upaya pemulihan kebun saat ini dilakukan secara bertahap oleh petani. Namun, keterbatasan biaya membuat proses perbaikan jalan dan jembatan tidak dapat dilakukan secara menyeluruh dalam waktu singkat.

"Perbaikan dilakukan berangsur-angsur karena biayanya sangat besar, jadi tidak mungkin semuanya selesai dalam satu bulan," ujarnya.

Menurut Jufri, kebutuhan paling mendesak bagi petani saat ini adalah bantuan alat berat serta material untuk penimbunan jalan kebun yang rusak, agar aktivitas perawatan dan panen bisa kembali berjalan normal.

"Yang paling dibutuhkan petani sekarang adalah alat berat dan material penimbunan jalan kebun," pungkasnya.

Terkini

Terpopuler