BONDOWOSO (RA) - Upaya membangkitkan kembali kejayaan kopi Arabika dari lereng Ijen terus menunjukkan hasil.
Dalam tiga tahun terakhir, dua subholding PTPN III (Persero) PTPN IV PalmCo dan PTPN I melakukan peremajaan (replanting) lebih dari 1.300 hektar kebun kopi melalui skema Kerja Sama Operasi (KSO) Java Coffee Estate (JCE).
Direktur Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko K. Santosa, menegaskan bahwa replanting bukan sekadar mengganti tanaman tua, tetapi merupakan investasi jangka panjang bagi industri kopi nasional.
"Kami tidak hanya menanam pohon kopi, tapi menanam masa depan," ujarnya, Sabtu (15/11) kemarin.
Program replanting JCE berlangsung sejak 2022 dengan pola bertahap, 383 hektar di tahun pertama, 251 hektar pada 2023, 407 hektar pada 2024, dan ditargetkan 293 hektar pada 2025. Total kebun yang dikelola JCE mencapai 3.530 hektar.
Bibit Arabika yang ditanam merupakan varietas unggul yang cocok dengan karakter lereng Ijen, sementara praktik agronomi dipadukan dengan konservasi tanah dan air untuk menjaga kualitas lingkungan.
"Replanting ini adalah investasi hijau. Kami ingin kebun tetap produktif tanpa mengorbankan keseimbangan lingkungan," kata Jatmiko.
Replanting berskala besar tidak menurunkan produktivitas JCE. Sepanjang 2025, produksi kopi ceri meningkat dari 4.987 ton menjadi 5.534 ton. Volume green bean juga naik dari 825 ton menjadi 893 ton.
Produktivitas lahan bertahan pada kisaran 2.530 kilogram kopi ceri per hektar dan 409 kilogram green bean per hektar. Hingga Oktober 2025, JCE mencatat laba bersih sekitar Rp14 miliar.
"Pasar dunia kini menuntut transparansi dan tanggung jawab. Kami menjawab tuntutan itu melalui praktik yang bertanggung jawab dari hulu ke hilir," ujarnya.
Kopi Arabika Ijen dikenal dengan karakter rasa khas, body ringan sedang, aroma floral, dan keasaman seimbang. Kopi JCE kini mulai menembus pasar ekspor di Asia Timur, Eropa, hingga Amerika Utara.
"Kopi Ijen punya keunggulan yang tak banyak dimiliki daerah lain. Dunia perlu tahu bahwa kopi terbaik juga tumbuh di Bondowoso, bukan hanya di Amerika Latin," kata Jatmiko.
Sinergi PTPN IV dan PTPN I melalui skema KSO disebut efektif mempercepat pemulihan produktivitas kebun. Namun Jatmiko menegaskan, keberlanjutan sejati tidak hanya soal angka produksi.
"Kami ingin masyarakat tumbuh bersama kami. Dari pekerja kebun, petani mitra, hingga generasi muda di sekitar Ijen semua harus merasa punya masa depan dari kopi ini," tuturnya.