INHIL (RA) - Ribuan batang kelapa yang dulu menjadi penopang hidup warga Kuala Selat, Indragiri Hilir (Inhil), Riau, kini tinggal tunggul. Sedikitnya 1.600 hektar kebun kelapa habis diterjang abrasi laut, pohonnya mati dan tak bisa lagi diselamatkan.
Situasi memprihatinkan ini membuat program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) atau Mangrove untuk Perlindungan Pesisir dan Kesejahteraan Masyarakat turun tangan. Mereka menyiapkan rehabilitasi mangrove seluas 429 hektar di pesisir Kuala Selat.
"Sebanyak 1.600 hektar kebun kelapa masyarakat habis mati keseluruhannya. Itu tidak bisa dipulihkan kecuali dengan rehabilitasi mangrove," kata PPIU Manager M4CR Provinsi Riau, Arif Fahrurozi, dalam media gathering, Rabu (24/9/2025) malam.
Arif menyebut, rehabilitasi sudah dimulai sejak 2024 dengan luas 124 hektar. Sisanya, 324 hektar lagi dikerjakan sepanjang tahun ini.
Harapannya, mangrove yang tumbuh bisa menjadi benteng alami sekaligus membuka sumber penghidupan baru bagi masyarakat.
Media gathering M4CR
Kepala Seksi Rehabilitasi Hutan dan Lahan BPDAS Indragiri Rokan, Arif Adi Suhastyo, menilai alih fungsi dari kebun kelapa ke mangrove adalah langkah paling realistis.
"Kalau sudah dimasuki air laut, enggak mungkin tumbuh kelapa lagi. Satu-satunya cara ya rehabilitasi mangrove," tegasnya.
Dengan langkah ini, kata Arif, setidaknya 3.000 hektar kebun kelapa yang masih tersisa bisa terlindungi.
Selain jadi benteng pesisir, hutan mangrove juga berpotensi membuka peluang ekonomi baru, mulai dari olahan pangan, wisata, hingga produk turunan lainnya.
Kebun Kelapa di Inhil Terkena Abrasi Laut.
Sebagai catatan, M4CR adalah program nasional yang didukung Bank Dunia. Targetnya merehabilitasi 41 ribu hektar mangrove di Riau, Sumut, Kaltara, dan Kaltim.
Khusus Riau, program ini mencakup 5.858 hektar hingga 2027 di lima kabupaten/kota pesisir.
Tak hanya soal lingkungan, program ini juga memberi dampak ekonomi nyata. Lebih dari 1.200 orang dilibatkan dalam 56 kelompok masyarakat, dengan serapan upah mencapai Rp 28 miliar.