RIAUAKTUAL (RA) - Di Indonesia, daun pisang sudah jadi bagian tak terpisahkan dalam dunia kuliner. Banyak makanan tradisional yang menggunakan daun pisang sebagai pembungkus, seperti lemper, lontong, nagasari, hingga pepes. Selain mudah didapat, daun pisang juga ramah lingkungan karena bisa terurai secara alami.
Tapi, saat kamu akan menggunakan daun pisang, pernah enggak sih perhatikan di bagian belakang daunnya menempel putih-putih?
Mungkin sekilas kamu berpikir bahwa itu bagian dari kotoran yang menempel di daun pisang, tapi ternyata putih-putih tersebut adalah lilin alami atau epikutikular wax.
"Epikutikular wax ini berfungsi melindungi daun dari kehilangan air, serangan mikroorganisme, serta menjaga kelenturannya," kata Tjahja dalam penjelasannya mengenai keamanan penggunaan daun pisang sebagai pembungkus makanan dikutip dari laman IPB University.
Menurut Tjahja, lilin alami tersebut bersifat hidrofobik dan non-toksik, sehingga aman bila bersentuhan langsung dengan makanan. Bahkan, keberadaannya dapat membantu menjaga makanan agar tidak cepat lembek atau rusak.
Meski alami, kata Tjahja, daun pisang tetap harus dicuci sebelum digunakan, apalagi jika terkena tanah, debu, atau pestisida. Ia juga mengingatkan agar kita bisa membedakan lilin alami dengan lapisan putih yang mudah terlepas dari daun. Jika lapisan itu gampang rontok, kemungkinan besar itu adalah kapang, sejenis jamur yang perlu diwaspadai keberadaannya.
Mungkin kamu juga pernah menggunakan daun pisang sebagai alas makanan, seperti liwetan. Tanpa sadar, sering kali bagian bawahnyalah yang dipakai sebagai alas makanan. Padahal, menurut Tjahja, sebaiknya gunakan bagian atas daun pisang yang licin dan mengilap karena lebih bersih dan mudah dibersihkan.
Meskipun bagian bawah yang mengandung lapisan lilin putih sebenarnya masih bisa digunakan, tetapi tetap berisiko meninggalkan serbuk putih pada makanan.
Untuk mengurangi lapisan putih tersebut, daun pisang bisa dibersihkan dengan kain lembap, lalu dilayukan sebentar dengan api kecil atau air panas agar lebih lentur dan tidak mudah sobek.
Menurut laporan Forbes, daun pisang tak hanya digunakan untuk makanan, tapi juga digunakan untuk membungkus sayuran. Di Thailand, misalnya, sebuah supermarket di Chiang Mai bernama Rimping Supermarket mengganti kemasan plastik dengan daun pisang untuk membungkus sayuran.
Program Lingkungan PBB (United Nations Environment Programme) memperkirakan bahwa pada tahun 2050 akan ada 12 miliar ton plastik di tempat pembuangan akhir, lingkungan, dan lautan. Dari jumlah tersebut, puntung rokok, botol plastik minuman, bungkus makanan, dan kantong belanja plastik menjadi penyumbang terbesar.
Penggunaan daun pisang sebagai pengganti plastik untuk membungkus sayuran merupakan langkah bagus untuk mengurangi plastik sekali pakai. Meski terlihat masih ada sedikit plastik untuk menempelkan label, metode ini secara signifikan mengurangi jumlah plastik yang dibutuhkan.
Produk hanya dibungkus dengan daun pisang lalu diikat menggunakan potongan bambu yang lentur. Daun pisang adalah alternatif yang baik untuk plastik karena ukurannya besar, tebal, dan cukup lentur untuk dilipat.