PEKANBARU (RA) - Sebanyak 142 anak petani kelapa sawit yang tergabung dalam Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspek-Pir) Indonesia tengah mengikuti proses seleksi program beasiswa dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) tahun 2025.
Mereka berasal dari sejumlah daerah sentra sawit di Indonesia, dengan jumlah peserta terbanyak berasal dari Provinsi Riau.
"Data yang kami kumpulkan menunjukkan peserta terbanyak berasal dari Riau sebanyak 80 orang, disusul Sumatera Selatan 29 orang, dan Sumatera Utara 22 orang. Selebihnya berasal dari Kalimantan Barat, Jambi, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah," ujar Efendi Pasaribu, Kepala Sekretariat Aspek-Pir Indonesia, Minggu (22/6).
Menurut Efendi, seluruh peserta telah didaftarkan dan akan mengikuti tahapan seleksi lanjutan, termasuk tes tertulis dan wawancara.
DIa berharap semua anak petani anggota Aspek-Pir yang telah diajukan dapat lolos dan menjadi penerima manfaat dari program beasiswa yang digagas BPDPKS tersebut.
Senada dengan Efendi, Sekretaris Umum Aspek-Pir Indonesia, Syarifuddin Sirait, menegaskan bahwa pihaknya akan terus memperjuangkan anak-anak petani sawit agar bisa memperoleh akses pendidikan formal di bidang kelapa sawit.
Syarifuddin menyatakan bahwa para peserta yang telah direkap adalah anak-anak petani yang benar-benar memiliki latar belakang sebagai petani sawit aktif dan bermitra dalam kelembagaan resmi.
"Secara administratif, seharusnya anak-anak ini tidak ada kendala. Mereka adalah anak petani kelapa sawit yang sah, bukan peserta asal-asalan," tegas Syarifuddin.
Meski demikian, ia mengakui belum semua wilayah mengirimkan perwakilan untuk mengikuti program ini.
Menurutnya, ada sejumlah kemungkinan yang menyebabkan hal tersebut, seperti kurangnya minat terhadap pendidikan di sektor sawit, terbatasnya akses informasi, hingga persoalan teknis seperti jaringan internet yang buruk.
"Bisa jadi informasinya tidak sampai ke mereka. Ada juga kemungkinan orang tua kurang memahami pentingnya pendidikan di sektor ini. Atau bisa saja mereka mendaftar secara mandiri tanpa terdata oleh kami," tambahnya.
Aspek-Pir berharap ke depan sosialisasi program semacam ini bisa lebih merata agar semakin banyak anak-anak petani sawit yang mendapat kesempatan menempuh pendidikan tinggi, khususnya di bidang yang relevan dengan kehidupan dan profesi keluarga mereka.