PEKANBARU (RA) – Komitmen pemerintah dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) perkebunan kelapa sawit melalui program beasiswa terus menunjukkan hasil signifikan di Provinsi Riau.
Data terbaru menunjukkan, sejak tahun 2021 hingga 2024, sebanyak 1.706 anak-anak petani sawit di Riau telah berhasil meraih Beasiswa Pengembangan SDMPKS (Sumber Daya Manusia Perkebunan Kelapa Sawit) dari Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP).
Berdasarkan data sebaran penerima beasiswa per kabupaten/kota, Kabupaten Bengkalis menjadi daerah terbanyak dengan total 251 penerima, disusul Siak sebanyak 190 orang, dan Indragiri Hilir 207 orang. Sementara Kampar, Rokan Hulu, dan Rokan Hilir masing-masing mengirimkan 199, 177, dan 168 penerima.
Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Dr. Gulat ME Manurung, menyatakan bahwa capaian ini merupakan bukti nyata bahwa anak-anak petani sawit juga mampu bersaing secara akademik dan layak mendapat kesempatan pendidikan tinggi yang layak.
"Selama ini ada anggapan bahwa petani sawit hanya piawai di kebun. Tapi data ini menunjukkan bahwa anak-anak petani sawit Riau mampu menembus perguruan tinggi unggulan melalui beasiswa BPDPKS. Mereka adalah harapan masa depan industri sawit Indonesia," ujar Gulat, Jumat (20/6/2025).
Ia juga menambahkan bahwa peran aktif Apkasindo, baik di tingkat pusat maupun daerah, sangat penting dalam mendampingi dan memotivasi para calon penerima agar memenuhi persyaratan seleksi yang ketat.
Senada dengan itu, Ketua DPW Apkasindo Riau, KH Suher, menyebutkan bahwa jumlah yang terus meningkat dari tahun ke tahun menandakan bahwa sosialisasi dan pendampingan yang dilakukan Apkasindo di daerah membuahkan hasil positif.
"Tahun 2021 hanya 192 orang, lalu melonjak menjadi 799 orang di tahun 2024. Ini bukan hal yang kebetulan. Kami di Apkasindo Riau turun langsung ke lapangan, ke desa-desa, meyakinkan orang tua petani dan calon mahasiswa bahwa ini peluang emas," jelas KH Suher.
Kedua pimpinan Apkasindo itu berharap agar program beasiswa sawit ini terus ditingkatkan, baik dari sisi kuota maupun ragam perguruan tinggi mitra. Mereka juga berharap ada afirmasi khusus untuk daerah tertinggal, terpencil, dan terluar (3T) agar pemerataan akses pendidikan benar-benar dirasakan secara nasional.
KH Suher juga mendorong agar para alumni penerima beasiswa kelak dapat kembali membangun daerah asalnya.
"Kami ingin mereka tidak hanya menjadi sarjana, tapi juga pemimpin perubahan di komunitas petani. Sawit ini bukan hanya soal komoditas, tapi juga soal peradaban," tegasnya.
"Riau sebagai provinsi penyumbang produksi sawit terbesar nasional, harus menjadi contoh sukses dalam membangun SDM sawit yang unggul dan berintegritas," pungkasnya.