PEKANBARU (RA) - Kebakaran hutan dan lahan kembali melanda kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), tepatnya di Resort Lancang Kuning, Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau. Sedikitnya 5 hektare lahan yang merupakan habitat gajah dan harimau sumatera hangus terbakar.
Polres Pelalawan langsung turun ke lokasi dan memasang garis polisi (police line) untuk keperluan penyelidikan.
"Kami sudah ke lokasi dan memasang police line di lahan terbakar kawasan TNTN," kata Kasat Reskrim Polres Pelalawan, AKP I Gede Yoga Eka Pranata, Selasa (22/4/2025).
Berdasarkan pantauan melalui Aplikasi Dasbor Lancang Kuning (DLK), lahan yang terbakar memiliki lima titik koordinat yang semuanya berada di dalam kawasan TNTN. Titik-titik itu terkonfirmasi sebagai bagian dari lahan konservasi yang sangat rawan terhadap aktivitas perambahan.
Yoga mengungkapkan, dugaan awal kebakaran sengaja dilakukan oleh pihak yang belum diketahui identitasnya.
"Fakta di lapangan menunjukkan adanya bekas pohon yang ditebang secara sengaja, lalu dibersihkan dengan cara dibakar," ungkapnya.
Dari hasil investigasi sementara, polisi belum menemukan siapa pemilik atau pengelola lahan. Bahkan, batas-batas lahan di area tersebut belum jelas dan sebagian masih berupa hutan alami.
"Saat kami ke lokasi tidak ditemukan pekerja, dan batas kepemilikan lahan juga tidak jelas. Api sudah padam, hanya tersisa asap dari tunggul-tunggul pohon," tambah Yoga.
Sebagai bagian dari penyelidikan, pihak kepolisian juga telah memeriksa Kepala Desa Lubuk Kembang Bunga serta meminta keterangan dari pengelola TNTN.
Sementara itu, Kepala Balai TNTN, Heru Sutmantoro, membenarkan kebakaran terjadi pada Sabtu malam (19/4/2025). Ia menyebut, lahan tersebut merupakan lahan mineral yang telah dirambah masyarakat secara tradisional.
"Lahan itu rawan diganggu masyarakat, terutama untuk pembukaan perkebunan sawit," ujar Heru, Senin (21/4/2025).
Menurutnya, upaya pemadaman sempat mengalami kendala akibat akses yang sulit. Namun berkat hujan deras, api akhirnya bisa dipadamkan.
"Alhamdulillah terbantu hujan. Ini masih kami selidiki bersama kepolisian karena sudah sering kejadian seperti ini," jelasnya.
Heru juga mengungkapkan bahwa modus perambahan dilakukan secara sembunyi-sembunyi, menunggu saat petugas selesai patroli.
"Kami seperti bermain kucing-kucingan. Saat petugas kembali dari patroli, baru mereka mulai membuka lahan," katanya.