JAKARTA (RA) - Menjelang tiga bulan perhelatan LIGNA 2025, sebanyak 1200 peserta pameran telah mengkonfirmasi partisipasinya dan menempati sekitar 112.000 meter persegi lahan pameran yang digelar di Hannover, Jerman pada 26-30 Mei 2025 mendatang.
Perwakilan Indonesia untuk Deutsche Messe dan LIGNA, Paula Yahya mengatakan, LIGNA 2025 diformat untuk menghadapi tren-tren kritis yang membentuk industri, dari perusahaan-perusahaan kerajinan skala kecil sampai besar.
"Fokus dari LIGNA adalah di berjejaring penuh secara digital, adopsi ekonomi sirkular dan pengembangan pintar produk yang akan menggema ke seluruh sektor," kata Paula di Jakarta, Kamis (13/2/2025) kemarin.
Paula menjelaskan tahun 2025 ini, ajang LIGNA akan menyoroti tiga tema utama yaitu, LIGNA Connectivity, LIGNA Sustainable Production, dan LIGNA Engineered Wood. Selama lima hari pameran, para peserta akan menampilkan berbagai peralatan, permesinan dan sistem-sistem tercanggih untuk pengerjaan dan pemrosesan kayu.
"LIGNA 2025 menjanjikan sebuah ajang sangat penting untuk komunitas global pengerjaan dan pemrosesan kayu, menawarkan berbagai wawasan dan peluang-peluang tak tertandingi untuk pertumbuhan dalam sebuah industri yang terus berkembang, " ujarnya.
Ditegaskan Paula, LIGNA 2025 menawarkan program pendukung yang beragam, disesuaikan dengan industri pengerjaan dan pemrosesan kayu. Rangkaiannya meliputi format-format yang telah mapan seperti, LIGNA FutureSquare, LIGNA Recruiting, LIGNA Stage, dan LIGNA Campus, berdampingan dengan dua format menarik terbaru yaitu, LIGNA Circular dan LIGNA TruckStop.
Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kemenperin Krisna Septiningrum mengatakan terjadi penurunan kinerja ekspor dari tahun ke tahun yang terjadi pada komoditas kayu olahan dan furnitur.
Berdasarkan data Kemenperin, ekspor industri kayu olahan tercatat 3,99 miliar dolar AS pada 2023. Angka ini menurun 14 persen dari tahun 2022 yang senilai 4,66 miliar dolar AS, pada 2021 4,93 miliar dolar AS dan di 2020 tercatat 3,79 miliar dolar AS.
Sementara ekspor industri furnitur, pada 2023 tercatat 1,85 miliar dolar AS, menurun 25 persen dibandingkan 2022 senilai 2,47 miliar dolar AS, sedangkan pada 2021 senilai 2,53 miliar dolar AS dan 2020 1,89 miliar dolar AS.
"Kondisi pandemi COVID-19, menciptakan fenomena baru yakni mengganti meja, kursi dan perabot rumah tangga lainnya. Hal ini menjadikan kinerja ekspor kayu olahan dan furnitur Indonesia naik signifikan pada 2021, " katanya.
Dalam kesempatan sama, Hendrik Rawe, Kepala Departemen LIGNA, INTERSCHUTZ, parts2clean dan SurfaceTechnology GERMANY dari Deutsche Messe AG, mengatakan dalam iklim perekonomian yang menantang, LIGNA 2025 menawarkan kepada industri pengerjaan kayu, sebuah kesempatan unik dalam menavigasi berbagai transformasi yang sedang berlangsung dengan penuh percaya diri.
“Kuatnya komitmen dari perusahaan-perusahaan terhadap pameran dagang dunia, sebagaimana direfleksikan dalam jumlah pendaftaran, menunjukkan keteguhan industri untuk membentuk masa depan secara aktif dan penuh percaya diri,” katanya.