Waspada Keseringan Nonton Porno Berdampak Pada Kesehatan

Waspada Keseringan Nonton Porno Berdampak Pada Kesehatan
Bahaya keseringan nonton porno bagi kesehatan. (Foto: Freepik.com)

Riauaktual.com - Banyak masyarakat yang gemar menonton video porno dalam hidupnya. Namun tahukah Anda bahwa kebiasaan ini bisa menyebabkan masalah serius jika tidak terkendali?

Berdasarkan informasi penonton konten dewasa di kalangan laki-laki sangat tinggi dan terus mendominasi di internet. Menurut Psychology Today, sekitar 80 persen penonton global situs dewasa adalah laki-laki, sementara perempuan menyumbang sekitar 26 persen. Kesenjangan gender yang signifikan ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih cenderung melihat konten dewasa dibandingkan perempuan.

Menurut Ballard Brief, dalam hal frekuensi, salah satu studi pada 2019 menemukan 69 persen pria di Amerika pernah melihat konten pornografi dalam setahun terakhir. Diketahui kelompok generasi muda antara usia 18 hingga 34 tahun paling mendominasi dan sering mencari konten dewasa.

Fenomena ini mendorong seorang dokter untuk mengungkapkan masalah kesehatan besar yang harus diwaspadai pria saat menonton film porno. Dia telah menyuarakan keprihatinan tentang potensi hubungan antara konsumsi konten porno berlebihan dan disfungsi ereksi (DE).

Motivtation Doctor, dr. Alan Mandell telah menggunakan media sosial untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya terlalu banyak menonton konten dewasa dan sering melakukan masturbasi.

Dalam video yang dibagikan di media sosial, dr. Mandell memperingatkan bahwa menonton film porno dan masturbasi sepanjang waktu akan menyebabkan disfungsi ereksi.

"Terlalu banyak rangsangan seksual tidak baik. Anda membebani sistem penghargaan di otak Anda secara berlebihan sehingga menyebabkan dopamin, bahan kimia bahagia yang dikeluarkan dari otak. Dan pada akhirnya, Anda akan menjadi tidak peka terhadap rangsangan seksual," tuturnya.

"Jadi ketika Anda mulai menghentikan (konten porno) dan melakukan masturbasi, Anda akan melihat hasil yang signifikan," kata dr Mandell.

Kekhawatiran dokter didukung oleh profesional medis lainnya. HealthMatch, sebuah situs web sumber daya kesehatan, melaporkan bahwa disfungsi ereksi memang dapat disebabkan oleh konten porno (PIED). Sementara beberapa penelitian telah menemukan hubungan antara penggunaan konten dewasa yang kompulsif dan berkurangnya gairah seks atau DE.

Meskipun hubungan sebab akibat yang pasti masih diperdebatkan, HealthMatch mencatat bahwa PIED dianggap sebagai faktor psikologis daripada fisik. Sebab melihat pornografi secara berlebihan berkontribusi terhadap kesulitan ereksi dengan berdampak pada otak.

Beberapa ahli berpendapat bahwa menonton konten dewasa secara berlebihan dapat menyebabkan desensitisasi terhadap hubungan seksual di kehidupan nyata, karena penonton mungkin menjadi terbiasa dengan peningkatan rangsangan pada konten porno.

"Karena pengondisian dan desensitisasi, hubungan seks dengan pasangan mungkin tidak lagi memicu pelepasan dopamin yang cukup yang diperlukan untuk memproduksi dan mempertahankan ereksi. Hal ini juga karena p*rnografi diyakini mengubah sistem motivasi otak," tulis HealthMatch.

Meskipun kondisi ini masih menjadi topik perdebatan di kalangan para ahli, HealthMatch berpendapat bahwa peran konten porno patut dipertimbangkan. Terutama mengingat peningkatan tingkat disfungsi ereksi pada kaum muda.

Menurut situs tersebut, sekitar 30 juta pria di Amerika Serikat (AS) saat ini terkena DE. Sementara peningkatan tingkat disfungsi seksual pada pria di bawah usia 40 tahun telah membuat beberapa orang percaya bahwa pornografi internet dapat menjadi faktor penyebabnya.

Very Well Health melaporkan bahwa sekitar 40 persen kasus DE dianggap psikogenik. Ini berarti ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi saat berhubungan seks karena faktor psikologis.

Jika seseorang mengalami kesulitan dalam mendapatkan atau mempertahankan ereksi, disarankan untuk mengevaluasi konsumsi konten porno. Jika perlu berkonsultasilah dengan ahli kesehatan mental atau dokter untuk mengidentifikasi potensi penyebab yang mendasarinya. Pilihan pengobatan untuk PIED diantaranya termasuk terapi bicara, teknik mindfulness, dan olahraga untuk mendukung pengurangan asupan konten dewasa.

 

 

Sumber: Okezone.com
 

#Kesehatan

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index