Riauaktual.com - Gubernur Riau Syamsuar mengapresiasi penerbitan buku Riau Istimewa yang diinisiasi beberapa tokoh masyarakat Riau.
Gubernur Syamsuar juga menyebutkan bahwa Riau sudah istimewa sejak awal, yakni ketika sumber daya alam (SDA) besar menjadi salah satu sumber pendapatan secara Nasional.
Akan tetapi, masyarakat Riau tidak boleh terlena dengan sumber daya alam itu. Diperlukan juga peningkatan sumber daya manusia (SDM).
Demikian disampaikan Gubernur Syamsuar saat meluncurkan buku Riau Istimewa, di gedung Pauh Janggi, kediaman Gubernur Riau, Rabu (1/11).
"Kami ingin meningkatkan sumber daya manusia anak-anak Riau. Pendidikan penting agar SDA bisa dikelola dengan baik," ujar Gubernur Syamsuar.
Peluncuran buku Riau Istimewa ini dihadiri juga oleh Gubernur Riau di masanya Wan Abu Bakar, anggota DPD RI Misharti, Ketua Dewan Kehormatan Panitia Penerbitan Buku Riau Istimewa yang juga Ketua DPRD Riau di masanya Chaidir, Ketua Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Provinsi Riau Auni M Noor, dan beberapa tokoh masyarakat Riau lainnya.
Selain diikuti tokoh masyarakat Riau, kegiatan ini juga diikuti tokoh masyarakat lintas etnis yang tergabung dalam FPK. Dua kegiatan ini disatukan dalam satu acara.
Gubernur menyebutkan apresiasinya pada akademisi/cerdik-cendekia, alim-ulama, pemangku adat, dan pemuka masyarakat yang merefleksikan berbagai dimensi
keistimewaan-keistimewaan Riau dalam buku ini.
Gubernur menyebut, Sultan Syarif Kasim II pernah menyatakan kepada Presiden Soekarno bahwa Kesultanan (Kerajaan) Siak Sri Indrapura bergabung ke dalam negara Republik Indonesia. Istimewanya lagi, Sultan Siak bukan hanya sekadar mengintegrasikan Kesultanan Siak yang posisinya pada saat Proklamasi Republik Indonesia 1945 masih merupakan sebuah negara tersendiri yang merdeka, namun juga menyerahkan seluruh kekayaannya berikut uang sejumlah 13 juta gulden.
Setelah memasuki masa kemerdekaan, tidak dapat dipungkiri bahwa kekayaan minyak dan gas Bumi dari Provinsi
Riau menjadi istimewa perannya sebagai salah satu sumber modal
pembangunan. Tidak hanya berhenti sampai di situ, kekayaan
sumber daya hutan memasuki era 1970-an memberikan andil yang besar sebagai salah satu penyumbang devisa.
Saat ini, berkembangnya sektor pertanian, khususnya perkebunan juga memperlihatkan peran Provinsi Riau yang penuh istimewa, dan semakin menunjukkan kontribusi Provinsi Riau untuk PDB Nasional masih tetap istimewa dari waktu ke waktu. Namun, sebagian orang Melayu terkadang melupakan keistimewaan tersebut.
"Semoga dengan terbitnya buku ini dapat memberikan pengetahuan bagi seluruh masyarakat Riau hari ini maupun generasi penerus Riau di masa yang akan datang
bahwasanya Riau memang Istimewa. Sehingga keberkahan potensi yang dimiliki Riau tidak punah," ujar Gubernur.
Ketua Dewan Kehormatan Panitia Penerbitan buku Riau Istimewa (PPB-RI), Chaidir, menyebut, dia mewakili pengasas (SC) penerbitan buku ini Datuk Rida K Liamsi yang sedang mengadakan kegiatan lain di Tanjungpinang.
Buku Riau Istimewa ini dirancang oleh sebuah superteam dengan komitmen yang hebat. Buku ini dimaksudkan, sebagai sebuah legacy peradaban negeri ini, bersanding dengan semua jejak digital.
"Termasuk legacy Bapak Gubernur di ujung masa tugas beliau," ujar Chaidir.
Disebutkan Chaidir, pada saatnya kelak, melalui teknologi informasi yang kian hari semakin canggih, buku Riau Istimewa ini akan diolah dalam bentuk digital oleh anak cucu.
Bagaimanapun, ujarnya, buku Riau Istimewa ini akan melintasi zaman, mungkin akan tetap berada di lemari perpustakaan tua, seberapa berdebu sekalipun.
"Dalam logika serupa kita masih bisa membaca peninggalan Socrates, Plato dan Aristoteles yang disusun empat abad sebelum Masehi. Di sini berlaku peribahasa Latin, 'Verba volant scripta manent', apa yang diucapkan akan
terbang melayang bersama angin, apa yang ditulis akan abadi," ujar Chaidir.
Buku tebal seribu halaman ini memuat konten yang amat bervariasi, dan itu menurutnya istimewa. Sepanjang percintaannya dengan buku, belum pernah dia menemukan buku omnibus seperti Riau Istimewa, terutama dalam genre isi dan gaya penulisannya.
Buku ini memang istimewa, tak ubahnya rimba belantara di kaki Bukit Barisan yang dihuni orang-orang bunian, tak tersentuh manusia. Semua jenis pohon ada di sana, besar-kecil, rimbun-meranggas, berdahan kukuh atau berdahan rapuh, berbuah-tak berbuah, semuanya menjadi simfoni alam.
"Buku Riau Istimewa ini adalah belantara itu. Buku ini hadir di sebuah negeri yang istimewa (harus menjadi istimewa), ditulis oleh orang-orang istimewa. Betapa
tidak. Bukalah mata lebar-lebar, buka juga mata hati, lihatlah dengan jujur. Karya tulis pusparagam dalam buku ini adalah tentang pusparagam masyarakat dan alam Riau yang istimewa," ujar Ketua FKPMR itu.
Chaidir menyebutkan, bila parameter keistimewaan itu dalam perspektif sumber daya alam, politik, ekonomi dan sosial budaya, maka untuk wilayah Sumatera, Riau adalah episentrumnya. Dalam berbagai perspektif, Riau (dan Kepulauan Riau) memang istimewa dengan kemajemukannya dan sekaligus dalam berbagai keunggulan komparatif.
Provinsi Riau memiliki daya tarik dan daya pikat istimewa karena kaya akan sumber daya alam. Perut buminya kaya bahan tambang, kebun sawitnya seluas mata memandang, hutan tanaman industrinya terhampar alang kepalang. Kebun kelapanya pula tak terbilang batang.
Demikian pula kebun karetnya. Pasir silika atau pasir kuarsa tak terkira volumenya menyelimuti pantai-pantai di wilayah pesisir dan di pulau-pulau di bibir Selat Melaka, selat yang membentang cemerlang tak jemu mata memandang.
Ladang minyak Riau misalnya, saat ini masih tetap memberikan kontribusi signifikan bagi pendapatan negara. Hal ini tergambar dari angka, dewasa ini 35 persen produksi migas nasional
dipasok dari Riau.
"Pendek kata, Riau ini memang istimewa," ujar Chaidir.
#Pendidikan