Harga Barang Elektronik dan Otomotif Makin Mahal Jika AS Gagal Bayar Utang

Harga Barang Elektronik dan Otomotif Makin Mahal Jika AS Gagal Bayar Utang
Smartphone. ©2014 Merdeka.com

Riauaktual.com - Negara adidaya Amerika Serikat (AS) terancam gagal bayar utang (default). Departemen Keuangan AS mencatat, total utang pemerintah AS mencapai USD 31,45 triliun atau setara Rp462.000 triliun per Februari 2023.

Sayangnya, kongres masih belum menyetujui usulan Presiden Joe Biden untuk menaikkan batas plafon atau pagu utang. Jika menemui jalan buntu, pemerintah AS akan menanggung gagal bayar utang (default).

"Departemen Keuangan AS telah menerapkan sejumlah langkah untuk menghindari default, tetapi hanya dalam hitungan hari, atau minggu, sebelum itu habis dan pemerintah AS tidak mampu membayar utangnya," bunyi Departemen Keuangan AS mengutip Aljazeera.com di Jakarta, Jumat (12/5).

Lantas apa dampaknya bagi Indonesia?

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyampaikan, salah satu dampak nyata bagi Indonesia maupun dunia jika pemerintah AS gagal bayar utang adalah kenaikan harga barang elektronik hingga otomotif. Hal ini dipicu oleh pergerakan nilai mata uang USD yang bersifat fluktuasi hingga memicu inflasi.

"Dan inflasi ini akan mendorong harga barang elektronik, barang otomotif, suku cadang itu mengalami kenaikan yang sangat tinggi. Khususnya yang menggunakan Rupiah atau pinjaman kredit akan merasakan dampak kenaikan," ungkapnya sebagaimana dikutip dari Merdeka.com di Jakarta, Jumat (12/5).

Bhima menyampaikan, skenario pemerintah AS gagal bayar utang juga akan mengganggu rantai pasok. Terutama bagi perusahaan-perusahaan yang memperoleh modal bagi AS akibat berkurangnya likuiditas.

"Perusahaan-perusahaan yang tergantung atau mendapatkan moda dari AS itu akan kekeringan likuiditas, kesulitan modal. Bahkan, pabriknya bisa berhenti sementara dan itu akan mengakibatkan kelangkaan barang dan harga jualnya akan lebih mahal," jelasnya.

Oleh karena itu, Bhima meminta pemerintah terus memperkuat mitigasi untuk meredam dampak buruk dari potensi AS gagal bayar utang. Hal ini demi melindungi daya beli masyarakat di tengah tren pemulihan ekonomi nasional usai terdampak pandemi Covid-19.

"Gagal bayar utang AS ini akn membebani konsumen, terutama konsumen menengah ke bawah yang sebenarnya pendapatannya belum tentu pulih dibandingkan pra pandemi," pungkasnya.

Berikut 5 daftar negara pemberi utang terbanyak ke Amerika Serikat:

1. Jepang

Jepang merupakan pemegang surat utang terbesar ke AS, dengan kepemilikan treasury (surat utang atau obligasi) sebanyak USD 1,08 triliun per November 2022. Dengan ini, Jepang mengalahkan China sebagai pemegang utang asing terbesar di AS.

2. China

China mendapat banyak perhatian karena memegang sebagian besar utang pemerintah AS. Mengingat ekonominya berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, mungkin hal ini seharusnya tidak mengejutkan.

China menempati posisi kedua di belakang Jepang. Tercatat, kepemilikan treasury terhadap AS mencapai USD 870 miliar per November 2022.

3. Inggris

Investor Inggris meningkatkan kepemilikan mereka atas utang AS menjadi USD 645,8 miliar pada November 2022. Ini meningkat dari USD 641,3 miliar bulan sebelumnya.

Investasi Inggris dalam utang AS mungkin terkait dengan meningkatnya ketidakpastian ekonomi di Inggris. Inggris memegang 8,87 persen dari utang luar negeri AS

4. Belgia

Kepemilikan besar Belgia atas Treasuries AS telah meningkat secara substansial dalam beberapa bulan terakhir. Pada November 2022, Belgia memiliki utang AS sebesar USD 332,9 miliar. Nilai ini setara  4,57 persen dari total utang luar negeri.

5. Luksemburg

Luksemburg adalah pemegang utang AS terbesar kelima di antara negara-negara asing sekaligus memiliki salah satu PDB per kapita tertinggi USD 133.590 pada 2021, data terbaru tersedia. Pada November 2022, Luxembourg memegang USD 312,9 miliar dalam Departemen Keuangan AS. Ini setara dengan 4,3 persen dari total kepemilikan asing


 

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index