PEKANBARU (RA)- Diruangan yang berukuran 2X3 meter SI (bukan nama sebenarnya) bekerja sebagai terapis. Tugasnya memijat tamu dari ujung kaki sampai ujung kepala. Termasuk memberikan servis pijat plus dengan tambahan tips.
SI mengaku sudah bekerja lima tahun di sebuah panti pijat di kawasan Jondul di Jalan Bambu Kuning, Kelurahan Rejosari, Kecamatan Tenayan Raya. Bayarannya per bulan tidak tentu, tergantung jumlah tamu yang dipijatnya.
Harga setiap paket pijat di panti itu berkisar antara Rp 80.000 sampai Rp 100.000. Tapi dari jumlah itu, SI mengaku hanya mendapat Rp 40.000 sampai Rp 50.000.
"Kalau mengandalkan honor dari uang pijat kecil, bang. Sebulan paling cuma dapat Rp 900 ribuan," kata SI saat berbincang dengan Riau Aktual, Selasa (5/5).
Karena itu SI memilih mengejar tips dari konsumen. Untuk itu, gadis asal Indramayu ini tak segan-segan merayu konsumennya agar mau dipijat plus. Dari satu konsumen, SI bisa mendapat Rp 150.000 hingga Rp 200.000.
Jika satu hari bisa memijat dua hingga tiga pelanggan, SI bisa mengantongi lebih dari Rp 8 sampai 9 juta dalam sebulan.
"Kalau tidak begini, bagaimana bisa hidup bang. Kos saja sudah hampir Rp 1 juta. Belum kebutuhan lain atau mengirim keluarga saya di kampung, ditambah lagi buat biaya anak saya," kata gadis berkulit sawo matang ini.
Pertama kali bekerja sebagai terapis, SI mengaku ditawari teman. Sebelumnya dia bekerja di sebuah Coffee di Semarang dengan upah Rp 800.000 per bulan. Sebelum bekerja, di panti pijat SI mengaku tidak memiliki ke ahlian khusus. Tapi setelah semua dilalui, SI sudah biasa menjalani profesi barunya.
"Dikawasan ini jujur saja bang, semua pantinya bisa plus. bahkan ada juga yang membuka kos dan melayani tamu didalam kos nya," ungkapnya.
Saat ini SI mengaku tidak menampik keresahannya dengan adanya ke inginan warga setempat dan pemerintah yang ingin menutup usaha mereka "Sekarang kita ini sudah tutup lima hari bang, ya terpaksa kita cuma tidur-tiduran saja," keluhnya.
SI juga membeberkan bahwasanya setiap hari banyak yang mengatas namakan oknum aparat keamanan, lsm dan tokoh pemuda yang meminta setoran sebagai uang pengamanan.
"Setiap hari lebih dari sepuluh kelompok yang silih berganti datang minta uang keamanan dan itu kita kasi. Kita tidak mau mencari masalah," tuturnya
Sebagaimana diketahui Ratusan warga Perumahan Jondul Pekanbaru, melakukan aksi unjuk rasa damai disertai “sweeping” puluhan panti pijat yang diduga menjadi lokalisasi yang berdiri di sekitar perumahan tersebut.
Dalam aksi “sweeping” yang didominasi bapak-bapak dan ibu-ibu pada Jumat minggu lalu tersebut, mereka meminta kepada pemilik kos-kosan yang dijadikan panti pijat untuk menutup usaha mereka.
Laporan : don
