Sudah 100 Tahun Partai Komunis China Bertahan, Terbesar Di Dunia

Sudah 100 Tahun Partai Komunis China Bertahan, Terbesar Di Dunia
Masyarakat menyaksikan perayaan 100 tahun Partai Komunis China di National Stadium atau Birds’ Nest di Bejing, 1 Juli 2021. (Foto AFP/ The Yomiuri Shi

Riauaktual.com - Ketika intelektual China, Chen Duxiu dan Li Dazhao mendirikan Partai Komunis China (PKC) pada 1921, sepertinya mereka tak membayangkan partai tersebut akan memimpin ekonomi terbesar kedua dan tercepat di dunia seabad kemudian.

PKC saat ini menjadi partai politik terbesar di dunia dengan lebih dari 95 juta anggota. Awalnya didirikan sekelompok editor majalah yang dipimpin Chen. Pada September 1915, Chen menerbitkan edisi pertama Qingnian Zazhi, yang secara harfiah berarti Majalah Pemuda, untuk mempromosikan apa yang disebut “Six Spirit".

Yaitu anti-perbudakan, progresif, inisiatif, keterbukaan, pragmatisme, dan sains. Publikasi tersebut juga memprakarsai “Gerakan Budaya Baru” antara 1915 dan 1924, yang menyerukan demokrasi, kesetaraan dan sosialisme.

Kemarin, pada 1 Juli, PKC membuka babak baru dengan merayakan hari jadinya yang ke-100 dalam sebuah tontonan spektakular dan meriah. Acara itu menunjukkan kepada dunia kekuatan, persatuan, dan daya tahan partai.

Sekretaris Jenderal PKC yang juga Presiden Xi Jinping pada Selasa (29/6) menganugerahkan “medali 1 Juli” kepada 29 orang dan memuji atas kontribusi mereka kepada partai dan bangsa. Xi pada kesempatan itu meminta semua anggota partai agar terus berjuang demi “Impian China”. Yakni peremajaan kembali bangsa china dan tujuan untuk perayaan dua abad.

Perjalanan PKC menuju seabad pertamanya tidak mudah. PKC tidak selalu merasakan hal manis sejak dia berdiri. China telah mengalami masa-masa sulit di bawah pemerintahan PKC. Misalnya kelaparan besar 1959-1961 yang menewaskan puluhan juta jiwa dan Revolusi Kebudayaan 1966-1976.

Pada 1979, PKC membangun hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat (AS) dan mulai membuka ekonominya. Terlepas dari pembantaian Lapangan Tiananmen pada 1989, China terus menerima investasi asing dan menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada akhir 2001.

Ketika mantan pemimpin China Deng Xiaoping mengenakan topi koboi selama kunjungan ke AS pada 1979, banyak orang Amerika berpikir bahwa China siap berintegrasi ke dalam sistem AS dengan pembukaan ekonomi yang saat itu masih belum jelas.

Hal itu disampaikan Xie Chuntao, Wakil Presiden Sekolah Partai Komite Sentral PKC, dalam pertemuan dengan Asosiasi Wartawan Seluruh China pada 22 Juni lalu, dilansir telegraf.id

Kemudian, kata Xie, AS berharap ada evolusi di China. Tetapi mereka kecewa selama perselisihan politik 1989. Karena Deng bukan orang yang mereka harapkan. Mereka kemudian menginginkan kehancuran PKC setelah Uni Soviet runtuh pada 1991 tetapi mereka salah lagi.

Selanjutnya, kata Xie, AS menciptakan “Teori Ancaman China”. Yang menuding China menghilangkan budaya dan agama di Tibet dan penindasan terhadap minoritas Muslim di Xinjiang. Tetapi kenyataannya CPC menghormati peradaban lain sejak pendiriannya.

Xie juga memaparkan, negara-negara Barat baru-baru ini memusuhi China karena mereka tidak ingin melihat Beijing unggul dalam perkembangan ekonomi dan teknologi. "PKC akan terus menghadapi tantangan ekonomi, politik, diplomatik dan militer dari Barat di masa mendatang tetapi tidak akan mundur," cetusnya.

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index