Gedung Putih: Bantai Sipil, Rusia Bom Ghouta Timur 20 Kali Sehari

Gedung Putih: Bantai Sipil, Rusia Bom Ghouta Timur 20 Kali Sehari
Seorang gadis cilik menggendong anak kecil di wilayah yang hancur di Ghouta Timur, Suriah. Gedung Putih tuduh Rusia bantai warga sipil di wilayah itu.

Riauaktual.com - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menuduh Moskow membantai warga sipil Suriah di Ghouta Timur. Menurut Gedung Putih, Rusia mengebom wilayah itu 20 kali sehari antara 24-28 Februari 2018.

Tuduhan ini merupakan yang terkuat dan secara langsung ditujukan terhadap pemerintah Presiden Vladimir Putin yang selama ini menjadi sekutu rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Gedung Putih mengatakan, pesawat jet tempur Rusia telah menerbangkan misi pengeboman di wilayah Ghouta Timur karena menentang gencatan senjata yang diperintahkan Dewan Keamana PBB.

Meski demikian, tuduhan itu tak disertai bukti atau rincian detail jenis bom yang dijatuhkan Rusia di Ghouta Timur.

”Rusia telah mengabaikan (gencatan senjata DK PBB) dan membunuh warga sipil yang tidak berdosa di bawah pengawasan operasi kontra-terorisme yang salah,” kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan, yang dikutip Senin (5/3/2018).

“Gedung Putih meminta pasukan pro-Assad untuk segera berhenti menargetkan infrastruktur medis dan warga sipil,” lanjut Gedung Putih.

Dalam sebuah pernyataan terpisah pada hari Minggu, Gedung Putih mengatakan Presiden Donald Trump dan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi telah membahas soal dukungan Rusia dan Iran yang tidak bertanggung jawab atas serangan brutal rezim Assad terhadap warga sipil yang tidak bersalah.

”Presiden Trump dan Presiden al-Sisi sepakat untuk bekerja sama dalam mengakhiri krisis kemanusiaan di Suriah dan mencapai persatuan dan keamanan Arab di wilayah tersebut,” bunyi pernyataan Gedung Putih.

Sebelumnya, Presiden Suriah Bashar al-Assad pada hari Minggu bersumpah untuk melanjutkan serangan di Ghouta Timur, salah satu yang serangan paling mematikan dalam perang sipil di Suriah. Kelompok pemberontak di wilayah itu menuding rezim Assad menggunakan taktik “bumi hangus” di wilayah pinggiran Ibu Kota Damaskus itu.

Sebaliknya, Moskow dan Damaskus menuduh pemberontak mencegah warga sipil meninggalkan Ghouta Timur selama gencatan senjata setiap harinya. Pemberontak secara konsisten membantah tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa warga sipil tidak akan pergi karena takut pada pemerintah Assad.

Dalam perang sipil yang sudah memasuki tahun kedelapan, merebut Ghouta Timur akan menjadi kemenangan besar bagi Assad. Ambisi itu tidak sulit, karena militer Suriah saat ini menikmati dukungan kuat dari Rusia dan Iran.

Data Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia menyebutkan, penembakan dan serangan udara oleh pemerintah Assad telah menewaskan 659 orang di Ghouta Timur sejak 18 Februari 2018. Sedangkan serangan pemberontak di dekat Damaskus telah menewaskan 27 orang.

Komisioner Tinggi HAM PBB menduga serangan udara Suriah di Ghouta Timur merupakan kategori kejahatan perang. (Wan)

 

Sumber: Sindonews.com

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index