Riauaktual.com - Belum lama ini hujan es melanda wilayah Depok, Jawa Barat. Fenomena yang terbilang jarang terjadi ini sontak membuat masyarakat sekitar geger.
Diketahui hujan es tersebut terjadi dengan disertai angin kencang yang mengguyur daerah tersebut. Butiran es yang mengguyur wilayah Depok tersebut sebesar kelerang hingga membuat suara gemuruh saat hujan berlangsung.
Dijelaskan Deputi Bidang Klimatologi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Mulyono Rahadi Prabowo, hujan es memang kerap terjadi di masa transisi dari musim panas ke penghujan. Indonesia sendiri kini memang tengah dalam masa transisi tersebut.
“Hujan es biasanya berasal dari awan yang tumbuh menjulang tinggi. Awan ini tumbuh ketika udara sebelumnya cukup panas dan uap air banyak tersedia di udara. Kondisi ini banyak terjadi pada saat musim transisi dari musim kemarau mendekati musim hujan atau sebaliknya,” katanya sebagaimana dikutip dari Okezone, Selasa (3/10/2017).
Ia menjelaskan bahwa pada saat siang atau sore hari seperti yang terjadi di Depok, tumbuh awan yang tinggi menjulang namun bukan pada daerah yang luas, sehingga suhu puncak awan menjadi sangat dingin. Alhasil butiran butiran atau tetes air di puncak awan tersebut menjadi berbentuk es dan turun sebagai hujan es.
“Hujan es ini terjadi bersamaan pada saat hujan dengan intensitas lebat - sangat lebat dan juga disertai hembusan angin yang kuat namun berlangsung pada durasi pendek,” terangnya.
Hujan es di Depok sendiri hanya berlangsung sekira 30 menit dan juga disertai angin kencang. Menurut Prabowo, Depok menjadi wilayah yang lebih dulu dilanda hujan es ketimbang wilayah Jabodetabek lainnya, dikarenakan elevasi atau altitudo (ketinggian dari permukaan laut) wilayahnya tinggi.
“Biasanya yang elevasinya lebih tinggi itu potensial lebih dulu terjadi hujan es, seperti Depok, Bogor” katanya.
Hujan es sendiri dikatakan Prabowo masih berpotensi terjadi hingga November, dimana Indonesia mulai memasuki musim penghujan. Tak hanya di Depok, dan wilayah Jabodetabek lainnya, hujan es juga masih berpotensi terjadi di seluruh wilayah Indonesia yang kini tengah dalam masa transisi dari musim panas ke musim hujan.
