RIAUAKTUAL (RA) - Zona waktu di Kutub Utara jadi hal yang menarik perhatian publik setelah diungkit dalam film Sore: Istri dari Masa Depan. Zona waktu Arctic memang jauh berbeda dari belahan bumi lainnya. Lantas, kenapa Arctic tidak punya zona waktu?
Film Sore: Istri dari Masa Depan yang rilis pada 10 Juli 2025 mengangkat tema unik tentang perjalanan waktu. Seorang wanita bernama Sore (Sheila Dara), muncul di hadapan Jonathan (Dion Wiyoko) dan mengaku sebagai istrinya dari masa depan.
Dalam film garapan sutradara Yandy Laurens ini, Jonathan diceritakan sebagai fotografer di Kroasia dengan pola hidup berantakan. Gaya hidup itulah yang membuat Jonathan jatuh sakit di masa depan dan Sore kembali ke masa lalu demi mengubah hal itu.
Selain ceritanya, hal menarik lain dari film ini adalah profesi Jonathan itu sendiri. Ia dikisahkan telah mendatangi banyak tempat untuk melakukan pemotretan, termasuk Arctic atau Kutub Utara.
Salah satu quote dari Jonathan tentang Arctic berbunyi “Satu-satunya belahan bumi yang tidak memiliki zona waktu. Dalam senyap, beku bumi mengajak mereka yang datang untuk seolah bisa menghentikan waktu. Walau hanya sejenak, rehat.”
Tulisan Jo tentang Acrtic cukup mengundang berbagai pertanyaan tentang zona waktu di Kutub Utara. Mengapa Kutub Utara tidak memiliki zona waktu seperti daerah lain di bumi dan bagaimana menentukan waktu di Arctic?
Penjelasan Dasar tentang Zona Waktu
Sebelum menginjak penjelasan waktu di Kutub Utara, kita pahami dulu apa itu zona waktu. Zona waktu adalah sistem pembagian wilayah di bumi berdasarkan perbedaan waktu yang ditentukan oleh posisi geografis terhadap garis bujur.
Zona waktu sangat diperlukan agar kegiatan manusia, seperti bekerja dan sekolah, bisa disesuaikan dengan waktu terbit dan terbenamnya matahari.
Dikutip dari The Franklin Institute, dahulu setiap kota atau daerah menetapkan waktu mereka sendiri berdasarkan posisi matahari. Saat itu, "tengah hari" (high noon) ditetapkan sebagai pukul 12 siang.
Akibatnya, setiap kota memiliki sedikit perbedaan waktu, tapi hal ini dulunya tidak menjadi masalah. Masalah pun mencuat ketika muncul transportasi kereta api yang memungkinkan perjalanan lebih cepat dan menempuh jarak yang lebih jauh.
Perbedaan waktu lokal yang bervariasi mulai menciptakan kekacauan dalam hal penjadwalan keberangkatan dan kedatangan kereta. Seorang insinyur asal Kanada, Sir Sandford Fleming, merasakan langsung dampak dari masalah ini ketika ia ketinggalan kereta pada tahun 1876.
Kejadian itulah yang kemudian menginspirasinya untuk mengusulkan sistem waktu yang distandarisasi, yakni dengan variasi jam untuk zona-zona yang berbeda di seluruh dunia.
Zona waktu tiap wilayah bisa berbeda-beda karena dipengaruhi perbedaan lokasi geografis dan rotasi bumi. Seperti yang diketahui, Bumi berbentuk bola dan berputar penuh (360°) dalam waktu sekitar 24 jam. Jika dibagi (360 : 24), maka menghasilkan 15° untuk 1 jam.
Sementara itu, zona waktu dihitung dari garis bujur nol derajat yang melewati Greenwich, Inggris. Setiap 15° bujur ke arah timur atau barat dari Greenwich berarti mewakili satu jam perbedaan waktu.
Dari perhitungan tersebut, dunia pun dibagi menjadi 24 zona waktu, masing-masing mewakili selisih satu jam dari zona waktu tetangga di sebelahnya. Pembagian ini mengacu pada Greenwich Mean Time (GMT) atau yang sekarang digantikan dengan Coordinated Universal Time (UTC).
Sebagai contoh, waktu di Indonesia akan berbeda dengan waktu di Jepang yang selisih 2 jam. Jika di Indonesia pukul 10.00, maka di Jepang sudah menunjukkan pukul 12.00.
Bahkan, zona waktu di Indonesia pun terbagi menjadi tiga, yakni Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITA), dan Waktu Indonesia Timur (WIT).
Setiap zona memiliki selisih 1 jam dengan zona waktu wilayah sebelahnya. Misal, saat di Jakarta pukul 12.00 WIB, maka di Bali menunjukkan pukul 13.00 WITA, sedangkan di Papua pukul 14.00 WIT.
Alasan Kutub Utara Tidak Memiliki Zona Waktu Resmi
Setelah memahami tentang pembagian waktu berbagai negara di dunia, bagaimana dengan zona waktu di kutub utara dan selatan? Dalam film Sore: Istri dari Masa Depan, Kutub Utara disebut sebagai belahan bumi tanpa zona waktu. Di salah satu foto Jonathan terdapat catatan: Arctic, 2023. Satu-satunya belahan bumi yang tidak memiliki zona waktu.
Mengapa demikian?
Alasan utamanya adalah karena semua garis bujur bumi bertemu di wilayah kutub. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, zona waktu di bumi didasarkan pada garis bujur, yaitu setiap zona waktu mencakup sekitar 15° bujur.
Namun, di Kutub Utara, semua garis bujur bertemu di satu titik sehingga secara teknis wilayah ini bisa berada di semua zona waktu sekaligus. Hal ini membuat penetapan satu zona waktu menjadi tidak relevan secara geografis.
Kutub Utara juga tidak memiliki batasan yang jelas seperti sebuah negara. Tak hanya itu, matahari bisa bersinar 24 jam penuh saat musim panas (fenomena midnight sun). Seharian penuh, waktu di Kutub Utara musim panas jadi terasa seperti siang hari selama berbulan-bulan.
Tak hanya midnight sun, Arctic juga bisa jadi gelap total saat musim dingin (polar night) karena matahari tidak terbit selama beberapa bulan.
Fenomena alam ini membuat waktu siang dan malam tidak berfungsi normal di Kutub Utara, penyesuaian waktu berdasarkan matahari pun tidak berguna. Inilah salah satu alasan kenapa kutub tak punya waktu lokal.
Bagaimana Peneliti dan Traveler Menentukan Waktu di Arctic?
Kutub Utara menjadi titik pertemuan semua garis bujur, tidak ada penghuni permanen di sana, dan tidak ada batas negara yang jelas, semua hal ini membuat penentuan waktu sangatlah fleksibel.
Saat berada di Kutub Utara, seseorang secara teknis berada di semua zona waktu secara bersamaan. Siklus siang dan malam juga tidak terpisah jelas seperti wilayah lain yang berada di dekat khatulistiwa. Lalu, bagaimana menentukan waktu di Arctic?
Kutub Utara zona waktunya tidak ditentukan secara resmi. Mengingat tak ada penghuni tetap di Arctic, seseorang yang berada di Kutub Utara, seperti peneliti atau kapten kapal ekpedisi, bebas memilih zona waktu yang ingin mereka gunakan.
Umumnya mereka menggunakan zona waktu negara asal kapal atau tim peneliti, misalnya menggunakan zona waktu Norwegia atau Rusia. Mereka juga kadang menggunakan zona waktu negara-negara tetangga.
Intinya, waktu di daerah Kutub Utara tidak memiliki aturan tetap, siapa pun bebas menggunakan zona waktu mana saja di sana dan tidak akan ada yang protes.
Fenomena tidak adanya zona waktu di Kutub Utara menjadi contoh nyata betapa uniknya wilayah kutub di bumi. Tidak seperti wilayah lain yang memiliki aturan waktu baku, Kutub Utara justru memberikan kebebasan penuh dalam menentukan waktu.
Hal ini menunjukkan bahwa alam memiliki cara tersendiri untuk membingkai ruang dan waktu di wilayah-wilayah ekstrem.