Belajar dari India, Indonesia Perlu Petakan Ulang Arah Kebijakan Internasional

Belajar dari India, Indonesia Perlu Petakan Ulang Arah Kebijakan Internasional
Ketua Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) DPR RI-Parlemen Palestina Syahrul Aidi Maazat.

JAKARTA (RA) - Ketua Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) DPR RI-Parlemen Palestina Syahrul Aidi Maazat, menilai bahwa perang antara India dan Pakistan baru-baru ini menandai pergeseran kekuatan global, khususnya dalam hal teknologi persenjataan.

Ia berpendapat kondisi ini menjadi peringatan bagi Indonesia untuk memetakan ulang arah kebijakan Internasional didasarkan pada situasi geopolitik.

"Kita melihat dari hasil perang itu, ada kemenangan di pihak Pakistan, dan kemenangan itu didukung oleh kekuatan teknologi yang berasal dari China. Sementara India kalah meski alat tempurnya berasal dari Amerika dan Rusia," kata Syahrul melalui keterangan tertulisnya, Minggu (18/5/2025).

Maka dari itu, Syahrul menekankan pentingnya Indonesia melirik sumber persenjataan alternatif, termasuk dari Tiongkok, untuk memperkuat daya tawar dan pertahanan nasional di tengah ketegangan geopolitik global. 

Terlebih menurutnya, dalam peta geopolitik yang semakin terbelah, Indonesia harus cermat menentukan sikap.

"Pakistan didukung China dan Rusia, sementara India oleh Amerika dan sekutunya. Indonesia tidak bisa terus bersikap netral tanpa arah, harus menentukan sikap dengan strategi yang cerdas," katanya.

Maka dari itu, Syahrul menilai meski saat ini Indonesia memiliki keterbatasan dalam menunjukkan posisinya secara terang-terangan karena kebijakan luar negeri politik bebas aktif, menurutnya Indonesia tetap perlu menyiasati agar Indonesia memiliki daya tawar kerja sama yang tinggi, baik itu kepada China maupun Amerika.

"Saya lihat Arab Saudi misalnya, Arab Saudi hubungan dengan Amerika kuat, tetapi di jalan hubungan dengan China nya juga kuat, sehingga daya tawarnya akan naik," jelas legislator dari Riau ini.

Menurutnya, apabila Indonesia tidak menyiasati itu, maka posisi Indonesia nantinya akan memiliki daya tawar yang lemah sehingga hanya bisa bergantung pada negara besar.

"Kalau kita lihat ya, sebuah negara itu akan disegani ketika dia, negaranya itu dibutuhkan oleh banyak orang, dan oleh banyak negara lain," jelasnya.

#DPR/MPR RI

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index