NASIONAL (RA) - Kasus dugaan korupsi pembahasan Raperda zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RZWP3K) dan Raperda tata ruang strategis Jakarta Utara sudah menyeret tiga orang menjadi tersangka. Mereka adalah Ketua Komisi D DPRD DKI M Sanusi, Presdir Agung Podomoro Ariesman Widjaja dan satu perantara.
Teranyar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencekal Sunny Tanuwidjaja yang merupakan orang dekat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terkait kasus dugaan korupsi pembahasan Raperda zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RZWP3K) dan Raperda tata ruang strategis Jakarta Utara. Sunny Tanuwijaya itu disebut menjadi penghubung antara Ahok dan pihak pengembang, PT Agung Podomoro Land.
Selain Sunny, KPK juga mencekal direktur PT Agung Sedayu Group, Richard Halim Kusuma. Pencekalan dilakukan untuk enam bulan ke depan terhitung sejak 6 April. Tujuannya adalah jika penyidik membutuhkan keterangan, kedua sedang tidak berada di luar negeri.
"Untuk kepentingan penyidikan, pencegahan ke luar negeri terhadap dua orang ini berkaitan dengan penanganan perkara suap Raperda zonasi di DKI Jakarta. Itu terhadap Sunny Tanuwidjaja kemudian Richard Halim Kusuma ini adalah Direktur PT Agung Seday Group. Sunny staf khusus gubernur DKI," Kepala Bagian Pemberitaan dan Informasi KPK, Priharsa Nugraha di KPK, Kamis (7/4).
Sebelum adanya pencekalan itu, Ahok menjelaskan sosok Sunny. Sunny tak mempunyai jabatan apapun. Sunny juga tak menjabat bidang apapun sejak Ahok menjabat Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2014.
Diceritakan Ahok, Sunny berada di Balai kota hanya untuk kepentingan disertasi mengenai politik Ahok untuk studi S3 di salah satu Universitas Amerika Serikat. Segala tindak tanduknya, Sunny selalu ingin tahu dan memantau.
Katanya, mulai dari bertemu dengan bos-bos perusahaan, aksi Ahok berseteru dengan DPRD, sampai gaya kepemimpinannya yang suka marah dan meledak-ledak. Ahok menilai, dengan segala yang dilakukannya saat ini, apakah bisa membawanya kembali menjadi DKI 1 tahun depan.
"Dia mau magang, kita enggak gaji dia, dia mau ketemu semua bos, mau berantem sama DPRD, dia mau tahu gaya politik Ahok bisa menang, enggak pakai duit lawan semua orang," kata Ahok.
Sebelumnya, Ahok mengungkapkan, Sunny adalah sepupu dari istri Franky Oesman Widjaja, anak dari Eka Tjipta Widjaja, bos Sinar Mas. Hal itu diungkapkan Ahok untuk mengklarifikasi kabar yang menyebut Sunny sebagai cucu dari Eka.
Berbeda dengan Ahok, Mantan Wakil Gubernur DKI, Prijanto mengungkap, identitas Sunny melalui acara siaran talkshow salah satu stasiun televisi swasta.
Prijanto mengaku sempat menyampaikan adanya korupsi dalam proses pembangunan Taman BMW lewat orang dekat Basuki yang bernama Sunny.
"Saya katakan kepada Sunny bahwa pengembang berbohong karena menyatakan luas lahan hanya sebesar 12 hektar, sedangkan luasnya sebesar 20 hektare," kata Prijanto.
Dia juga memperlihatkan kepada Sunny soal dugaan pemalsuan tanda tangan pejabat terkait. Sepekan berselang, katanya, Sunny menelpon dan mengatakan Ahok ingin bertemu. Dalam pertemuan dengan Basuki tersebut, Prijanto membeberkan data tentang penipuan yang dilakukan oleh pengembang.
"Tapi, besoknya Pak Ahok menyatakan tidak ada korupsi (dalam pembangunan Taman BMW)," ujarnya.
Dia pun mengungkapkan, Sunny bukan sekedar Pegawai Negeri Sipil. Tapi, Prijanto menilai Sunny memiliki pengaruh karena bisa mengatur jadwal pertemuan antara dirinya dengan Ahok dan PT Agung Podomoro Land.
"Sunny memang staf khusus (Ahok) seperti yang diberitakan media-media. Ada korelasi antara Sunny, Ahok dan Podomoro," terang Prijanto.
Menyikapi hal tersebut, Ahok membantah jika Sunny kerabatnya. Ia juga sudah menanyakan kepada Sunny, apakah benar tuduhan tersebut, yang menyebut dirinya mengatur pertemuan antara DPRD dan pihak APL.
"Dia sudah bilang enggak pernah lakuin apa-apa trus dia juga jawab, 'emangnya gila apa bisa ngatur elu, elu keras kepala kayak gitu'," kata Ahok.
"Saya mau tanya, siapa yang bisa ngatur saya coba, saya enggak disenengin karena enggak bisa diatur. Dia (Sunny) juga salah satu sepupunya konglomerat," lanjutnya.
Lebih lanjut, Ahok menjelaskan jika Sunny yang merupakan lulusan universitas di Amerika, bukan pribadi yang suka macam-macam. Ahok pun tidak yakin jika Sunny akan menjual namanya.
Menurutnya, jika Sunny benar menjual namanya, hal tersebut bisa dilaporkan ke KPK. Meski dekat dengan dirinya, Ahok mengatakan, Sunny tidak dapat mengubah kebijakannya.
"Toh kalau jual saya enggak bisa ngerubah kebijakan saya buat apa? Makanya saya bilang, serahkan ke KPK saja, kalau memang dia jual saya, biar KPK yang ngurus. Kita ga bisa duga-duga," ujarnya.
Mantan Bupati Belitung Timur ini mengaku heran, kenapa ada pihak yang mencoba menyudutkannya dengan memainkan isu kedekatan Sunny dengan dirinya. Hal ini mengingatkannya ketika ada anak petinggi Artha Graha yang magang di kantornya dan dicurigai membawa kepentingan.
"Kayak dulu ada orang curiga, ini ada anak dirut Artha Graha (Melvani Kasih) ikut magang ke sini. Saya bagaimana curiga sama dia, dia yang mendesain ngotot, bapaknya boleh kurang dari 15 persen (kontribusi tambahan). Dengan kontribusi itu, semua LRT selesai tanpa APBD. Kami curiga enggak sama anak yang ngomong kayak gitu?" pungkas Ahok.
Setelah ada pencekalan, Ahok kembali mengungkapkan Sunny selalu dekat dengannya karena tengah menyelesaikan disertasi gelar doktoralnya di Department of Political Science, Northern Illinois University, Amerika Serikat. Ahok pun membantah pernyataan pihak KPK yang menyebut Sunny adalah staf khususnya.
"Enggak, dia bukan anak magang juga. Dia mau bikin tesis, lama-lama kita kayak temen saja kan. Dia datang, kita enggak bayar dia gaji. Aku bilang sih dia lebih condong kayak temen. Bisa saja orang sebut staf khusus karena sering bolak-balik ke sini," kata Ahok.
Terkait isu Sunny juga dekat dan berkomunikasi dengan bos-bos dan konglomerat, Ahok menjawab bahwa dia pernah menjadi peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS). Namun keluar dari CSIS dan bekerja di perusahaan milik Peter Sondakh.
"Kan memang di lingkungan itu. Lingkungannya bantu CSIS, dulu. Enggak, keluar. Lalu kerja sama Peter Sondakh," terang Ahok.
Ditambahkannya, selama mengikuti Ahok, Sunny selalu melihat rekam jejak politiknya. Bahkan sebelum Ahok memutuskan akan maju menjadi wakil gubernur pun, Sunny sudah ikut bersamanya. Sunny, kata Ahok terkesan dengan gaya berpolitik Ahok.
"Dia cuma pengen tahu gimana berpolitik gaya saya. Terpilih enggak sih. Waktu saya kepilih jadi wagub, waktu dia atas, liat Monas kan 'wah gue enggak pernah nyangka lo jadi wagub, gaya lo kayak begitu' dia bilang," tuturnya.
Sejak ramai dibicarakan hingga dicekal, membuat Ahok membuka lagi memori perkenalannya dengan Sunny. Kekaguman Sunny, terlihat saat 2009 silam yang membayar seluruh pertemuan, padahal dirinya yang ingin bertemu dengan Ahok. Saat itu, Sunny hendak mengundang Ahok untuk menjadi pembicara.
"Saya kenal dia pertama 2009, dia minta waktu ketemu saya mau undang jadi pembicara di Amerika. Dia bilang terkesan karena saya yang bayarin waktu kita ketemu. Waktu itu kan saya DPR. Saya sama anak, masa suruh dia yang bayar. Gue yang bayar. Terus dia bilang, wah ni pejabat beda," terangnya.
"Terus dia undang saya ke Amerika, 2010 saya baru berangkat ke Amerika. Kembali, saya bilang mau cawagub DKI, dia pengen lihat. Saya sosialisasi ke kampung-kampung, dia ikut," sambung Ahok. (merdeka.com)
