JAKARTA (RA) - Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Fahri Hamzah mendorong Presiden Prabowo Subianto untuk memimpin konsolidasi nasional melalui kebijakan politik yang berorientasi pada jati diri bangsa Indonesia.
Pasalnya sistem politik liberal di negara-negara Barat memiliki kelemahan, seperti kurangnya konsolidasi dan moral yang merosot akibat peperangan. Politik liberal juga bersifat centang perenang, membuat saling diadu, bertengkar, dan menghina.
"Padahal, efek dari pertengkaran itu tak signifikan. Untuk itu, kita membutuhkan komando baru dalam politik untuk menciptakan arah yang jelas dan membawa bangsa ini menuju masa depan lebih kuat. Bukan godaan untuk meniru sistem pemerintahan otoriter seperti China," tegas Fahri dalam Gelora Talks bertajuk 'Menyongsong Momentum Indonesia, Refleksi 2024 dan Proyeksi 2025' yang digelar di Jakarta, Rabu (1/1/2025) sore.
Fahri Hamzah, yang kini menjabat Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Wamen PKP) itu mengatakan, ada tiga komando yang diperlukan untuk mengkonsolidasi bangsa Indonesia saat ini, meski dikritik sebagian orang sebagai feodalisme.
Pertama adalah komando politik, kedua komando ekonomi dan ketiga komando sosial. Komando politik ini dalam pengertian prosedur dalam berpolitik atau konsolidasi politik.
Karena itu, Fahri Hamzah optimistis upaya untuk melakukan konsolidasi sosial yang dilakukan Presiden Prabowo mulai 2025 untuk menjaga keharmonisan dan membina umat ini berjalan sukses, sehingga masyarakat dapat tertata kembali.
"Partai Gelora optimis Indonesia akan segera terkonsolidasi menjadi kekuatan kelima besar dunia dan menjadi negara yang dihormati, " katanya.
Sementara itu, Ulama dan Da'i Nasional KH. Bachtiar Nasir mengatakan, umat Islam harusnya lebih banyak bersyukur tinggal di Indonesia dengan segala dinamikanya, dibanding mereka yang hidup di dunia Arab.
"Orang Islam di Indonesia itu masih bisa pakai akal sehat, dibanding di dunia Arab. Kita masih ngumpul dan mengkritik pemimpin kita. Kita bersyukur banget tinggal di Indonesia, kalau tinggal di Arab, kita bisa tidak ada," kata KH. Bachtiar Nasir.
#DPR/MPR RI
