RIAU (RA) - Hasil hitung cepat (quick count) berbagai lembaga survei dan hasil secara kasat mata yang bisa dilihat dari Sirekap KPU menunjukkan kemenangan bagi pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Riau Abdul Wahid-SF Hariyanto hampir dapat dipastikan.
Artinya kekalahan pula bagi petahana Syamsuar dan calon wakilnya Mawardi Saleh serta M Nasir dan HM Wardan.
Pengamat politik dari Universitas Muhamadiyah Riau (UMRI) doktor Aidil Haris menilai, kekalahan Syamsuar bukan tanpa sebab.
Setidaknya ada enam faktor penyebab kekalahan Syamsuar yang dianalisa oleh Aidil Haris. Mulai dari janji-janji kampanye tak terealisasi di Pemilihan Gubernur Riau (Pilgubri) periode 2019 yang dimenangkan Syamsuar hingga komunikasi politiknya yang buruk.
"Pertama, janji-janji saat kampanye pilgubri periode lalu tak terealisasi dengan optimal. Kedua komunikasi politik yang dibangun tidak efektif dan efesien. Ketiga komunikasi pembangunan tidak saling bersinergi dan terlalu birokratis," kata Aidil saat dihubungi melalui pesan WhatsApp, Rabu (27/11/24).
Faktor selanjutnya, menurut Aidil adalah mesin partai koalisi yang tidak berjalan maksimal. Diketahui pasangan calon Syamsuar-Mawardi hanya diusung oleh dua partai yaitu Golkar dan PKS.
Kelima adalah persoalan usia yang juga tidak energik lagi untuk menjadi gubernur. Keenam selama jadi gubernur, Aidil menilai, Syamsuar lambat merespon keluhan dan kebutuhan pokok masyarakat alias low respon. Contohnya seperti jalan rusak, infrastruktur sekolah yang tak layak, beasiswa yang terbatas, layanan kesehatan bagi masyarakat miskin tak maksimal.
"Dulu saya pernah bilang, pak syamsuar itu cocoknya cuma jadi bupati saja, tak siap untuk jadi gubri. Karena mengurus riau yang luas ini butuh tim tangguh yang energik. Kemudian pak syamsuar juga tak siap pasang badan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Berbeda dengan gubernur-gubernur sebelumnya yang siap pasang badan demi memenuhi kebutuhan rakyat," tutupnya.
#Politik
#PILGUBRI