Comfesyen : Tingkatkan Citra Indonesia Melalui Diplomasi Fesyen

Ang
Kamis, 11 Juli 2024 | 19:00:33 WIB
'Comfesyen : Communication Through Fesyen' (Foto : Eka Prihartono)

Riauaktual.com - Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul, Handrini Ardiyanti, mengatakan bahwa industri fesyen Indonesia tidak hanya kaya akan kreativitas, tetapi juga mengandung nilai-nilai budaya yang mendalam. Menurutnya, diplomasi budaya melalui industri fesyen mampu meningkatkan citra dan mengangkat identitas Indonesia di kancah global.

Handrini menilai, seiring meningkatnya citra Indonesia, kebanggaan mengenakan busana yang mengangkat kekayaan budaya Indonesia dapat menjadikan Indonesia tidak lagi menjadi pangsa pasar yang diekspansi dari luar seperti Harajuku dari Jepang dan fesyen Korea.

"Kekayaan budaya hasil karya desainer Hesandra Indonesia yang mengusung budaya Kalimantan ini dapat dimanfaatkan untuk memaksimalkan pengembangan ekonomi kreatif Indonesia," kata Handrini saat menjadi narasumber Talkshow bertajuk 'Comfesyen: Communication Through Fesyen' di Kemala Ballroom, Universitas Esa Unggul, Kamis (11/7/2024). Talkshow Comfesyen menghadirkan desainer Hesandra Indonesia dan Fanti Wahyu Nurvita.

Handrini berharap kegiatan 'Comfesyen' ini dapat memberikan dampak positif bagi industri fesyen Indonesia, baik dari segi peningkatan kreativitas maupun dalam memperkenalkan identitas budaya Indonesia kepada dunia internasional.

"Kami juga berharap acara ini, sebagai wujud nyata semangat kolaborasi Universitas dengan dunia industri khususnya dalam mendukung potensi lokal dan memberikan inspirasi bagi generasi muda. Terutama, untuk membangkitkan industri fesyen yang mengusung kekayaan budaya Indonesia," ujar Handrini yang juga Peneliti Pusat Riset Masyarakat dan Budaya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Perhatikan UMKM Fesyen

Dalam kesempatan yang sama, desainer Fanti yang belasan tahun menekuni industri fesyen hingga memenangkan penghargaan internasional mengungkapkan sejumlah persoalan yang dihadapi industri fesyen dalam upaya mengangkat kekayaan budaya Indonesia. "Mahalnya bahan baku menjadi salah satu hambatan. Contohnya tenun doyo yang terbuat dari serat daun doyo," ujarnya.

Fanti menjelaskan bahwa daun doyo berasal dari tanaman sejenis pandan berserat kuat dan tumbuh secara liar di pedalaman Kalimantan, salah satunya di wilayah Tanjung Isuy, Jempang, Kutai Barat, Kalimantan Timur. "Kami berharap pemerintah memperhatikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi UMKM fesyen yang berupaya mengangkat wastra dan motif tradisional Indonesia."

Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul, Erna Febriani, berharap melalui Talkshow yang mengundang generasi muda baik dari kalangan mahasiswa maupun siswa SMA, dapat menunjukkan dukungan nyata Universitas Esa Unggul untuk meningkatkan kecintaan akan budaya khas Indonesia di kalangan generasi muda sekaligus memupuk jiwa enterpreneur.

"Kami harap ke depan Gen-Z tidak hanya mencari lapangan pekerjaan tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan, salah satunya melalui industri fesyen," ujarnya.

Talkshow yang dipandu dosen Fikom Esa Unggul, Fajarina, ditutup dengan peragaan busana koleksi Hesandra bertema 'The Lovable Mad Lady', menampilkan wastra tenun doyo natural yang dihiasi bordir motif Dayak Benuaq.

Koleksi-koleksi indah yang menghadirkan kemewahan budaya Kalimantan Timur berpadu gaya modern ini diperagakan langsung oleh mahasiswi-mahasiswi Fikom Esa Unggul yang juga berprofesi sebagai model seperti Devi Gunawan (@devigee), Novia Zayeda Mattersyd (@zyedamattersyd), Indy Mauritha (@indymauritha), Puyu Zulvanny (@puyuzulvanny), dan Maura (@maura).

 

Terkini

Terpopuler