Riauaktual.com - Dalam rangka Hut ke 44 Yayasan Kemala Bhayangkari Tahun 2024, pengurus Bhayangkari Cabang Riau menggelar Webinar Kesehatan dengan tema "Peran Penting Ayah Dalam Mencegah Penyimpangan Seksual" yang digelar di Aula Tribrata Lantai 5 Mapolda Riau.
Kegiatan itu menghadirkan dr H Boyke Dian Nugraha, SpOG MARS bersama Ketua Cabang Bhayangkari Riau, Nindya M Iqbal serta dihadiri Kapolda Riau, Irjen Pol Mohaammad Iqbal selaku Pembina Yayasan Kemala Bhayangkari.
Dalam sambutannya Iqbal mengatakan apapun profesi orang tua, keluarga adalah hal yang menjadi pilar utama. Karena itu, Iqbal sebagai pembina Yayasan Kemala Bayangkari, sebagai abang, kakak senior tentunya akan mensupport Bhayangkari.
Iqbal menyebutkan berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak tahun 2020, Indonesia termasuk dalam 10 besar the big 10, negara dengan fatherless atau father hunger.
"Mungkin senior, teman-teman saya, adik-adik saya, menjadikan hal ini wake up call, karena kita kan di luar rumah terus berjibaku melakukan penegakan hukum. Tapi ingat, kita mempunyai tugas yang mulia di rumah," kata Irjen Iqbal Minggu (28/4).
Menurut Iqbal, fatherless ini diartikan sebagai anak yang berkembang tanpa kehadiran ayah. Anak mempunyai ayah tetapi ayahnya tidak berperan maksimal dalam proses kembang anaknya.
"Peran ayah tidak hanya pencari nafkah sesuai apa yang saya sampaikan selain menyambung keturunan, terdapat tiga unsur yang sangat penting dalam peran seorang ayah dalam tumbuh kembang seorang anak yaitu, koving, coaching, dan modeling. Kita harus mencintai tanpa batas, kita juga sebagai gurunya, dan sebagai role model bagi keluarga kita," kata Iqbal.
Iqbal meminta beberapa hal, yang pertama kepada seluruh personel diingatkan agar memperhatikan anak-anak serta melakukan komunikasi yang rutin.
"Kalau tidak sempat hadir langsung, kita bisa video call atau zoom meeting setiap harinya, apalagi hari ini sudah gampang kita lakukan semuanya. Kita harus hadir di setiap tumbuh kembang anak kita," kata Iqbal.
Ketua Cabang Bhayangkari Riau, Nindya sengaja mengundang Dr. Boyke Dian Nugraha untuk menyampaikan materi tentang peran ayah dalam mencegah penyimpangan seksual pada anak.
Nindya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kepedulian yayasan terhadap generasi penerus bangsa. Yayasan Kemala Bhayangkari mengelola 10 TK dan 1 SD yang tersebar di seluruh daerah Riau.
“Kami ingin para orang tua, guru, dan semua pihak bahu membahu untuk mencegah penyimpangan seksual pada anak," ujar Nindya.
Menurut Nindya, pola asuh orang tua dan lingkungan sangat berpengaruh dalam proses tumbuh kembang anak. Apalagi di era digital saat ini, anak-anak mudah mengakses informasi dan tayangan yang tidak sesuai dengan nilai agama dan moral. Hal ini dapat mempengaruhi pola pikir dan orientasi anak.
"Webinar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada para orang tua tentang pentingnya peran ayah dalam mencegah penyimpangan seksual pada anak," jelas Nindya.
Sementara itu, Dr. Boyke Dian Nugraha menyampaikan beberapa tips agar anak terhindar dari penyimpangan seksual atau LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender), peran ayah jadi sektor penentu.
Dr. Boyke menyampaikan bahwa ayah memiliki peran penting dalam membangun karakter dan moral anak. Sebab, sosok ayah harus menjadi figur yang kuat dan suri tauladan bagi anak-anaknya.
"Ayah harus selalu ada untuk anak-anaknya, baik secara fisik maupun emosional," kata Dr. Boyke.
Dr. Boyke juga memberikan beberapa tips kepada para ayah untuk mencegah penyimpangan seksual pada anak.
Pertama, ayah harus meluangkan waktu bersama anak-anak, memberikan kasih sayang dan perhatian kepada anak-anak, lalu mengajarkan nilai-nilai agama dan moral kepada anak-anak.
"Bicarakan tentang seksualitas dengan anak-anak dengan cara yang sesuai dengan usia mereka. Awasi aktivitas anak-anak di internet dan media sosial," kata Boyke.
Menurut Boyke, mendengar kata seks seringkali masyarakat kita merasa jengah. Seks adalah sesuatu yang tabu dibicarakan, sesuatu yang rikuh jika harus didiskusikan secara terbuka.
"The Seks Information and Education Council of The U.S. (SIECUS) merekomendasikan istilah Sexuality Education (atau pendidikan seksualitas) menyatakan bukan hanya anatomi dan fisiologi alat kelamin manusia tetapi berisikan pula tentang proses reproduksi, kontrasepsi, penyakit kelamin dan topik-topik yang berhubungan denga seks," terang Boyke.
Boyke menyampaikan, anggapan masyarakat bahwa pendidikan seks hanyalah mengajarkan tehnik-tehnik posisi hubungan seks, merupakan pendapat yang keliru dan hanya menghambat proses penyebaran pendidikan seks itu sendiri.
"Dalam upaya memberikan informasi yang benar dan menangkal informasi global yang tidak sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai moral bangsa kita," katanya.
Tak hanya itu, kata Boyke, pendidikan seks bertujuan mengartikan penghayatan kehidupan seksual manusia sehingga diharapkan terbentuk individu remaja menjadi orang dewasa baik laki-laki atau wanita yang mampu berperilaku sesuai dengan jenisnya dan mendapat kebahagiaan serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
"Mulai anak baru lahir hingga dewasa, orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anak, termasuk pendidikan seks. Keluarga adalah sekolah kehidupan dan seks adalah bagian dari belajar tentang kehidupan. yang mulai sejak masa kanak-kanak. Tetapi, pada kenyataannya tidak semua orang tua dapat memberikan pendidikan itu," pungkasnya.