PEKANBARU, RiauAktual.com - Kenaikan kebutuhan pokok hasil pertanian di Riau membuat Propinsi Riau pada bulan Juni 2014 mengalami inflasi sebesar 0,58 persen.
Tiga kota penghitung inflasi di Riau yakni Dumai, Tembilahan dan Pekanbaru sama-sama mengalami inflasi. Demikian hal tersebut dikatakan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau Mawardi Arsyad, Selasa (1/7/2014). Menurut Mawardi, Tembilahan angka inflasinya tertinggi nomor dua di Sumatera 0,81, Dumai inflasi 0,66 dan Pekanbaru 0,54 persen.
"Secara nasional, Riau inflasinya 0,58 lebih besar dari inflasi nasional 0,34. Artinya, gejolak harga-harga di Riau lebih greget dibading nasional," ujar Mawardi.
Menurut dia, inflasi yang terjadi di Riau dikarenakan rata-rata di wilayah Riau tergantung kepada kebutuhan pertanian dari daerah lain. Misalkan, beras Riau kebutuhannya mencapai 900.000 ton, sementara produksi cuma 300.000 ton.
"Sisanya harus didatangkan sebesar 600.000 ton dari luar daerah. Riau adalah propinsi yang tergolong konsumen murni. Sehingga semua kelompok pengeluaran terjadi inflasi, padahal ini baru bulan Juni belum masuk puasa," tandasnya heran.
Mawardi menambahkan, secara umum kenaikan harga yang paling mendasar adalah tomat yakni mencapai 28 persen. Diikuti petai, jengkol dan lain-lain. "Walau harga cabe turun membantu inflasi tertekan, kalau cabe bermain, maka inflasi lebih tinggi lagi karena kontribusinya tinggi," tandasnya.
Dilihat kota lain, penghitung inflasi di Riau yakni Dumai lanjut Mawardi, penyebab inflasi juga karena kenaikan harga. Rata-rata yang naik harganya hampir sama dengan Pekanbaru, karena masyarakat Dumai polanya konsumen murni pertanian seperti Pekanbaru dan Tembilahan.
"Jadi kesimpulannya, laju inflasi tahunan Riau dari Juni 2013 ke Juni 2014 sebesar 6,60 persen. Laju inflasi kalender dari Desember 2013 hingga Juni 2014 mencapai 1,87 persen," tutupnya. (ver)