Semalamku di Singapura Bersama BNI

Rabu, 23 April 2014 | 11:05:00 WIB
Saat di Universal Studios Singapura. FOTO: ist

PEKANBARU, RiauAktual.com - Waktuku semalam di Singapura, aku gunakan untuk menikmati keindahan Kota Singa, sampai-sampai aku tidak tidur malam itu.

Kisah ini merupakan langkah pertamaku menjelajah ke Negeri Singapura sebagai jurnalis. Bank Negara Indonesia (BNI) menghadiahi aku kado touring ke singapura atas keberhasilanku meraih juara I lomba tulis jurnalis BNI Wilayah Padang tahun 2013 untuk kategori media "online".

Walau hanya "semalam" di Singapura namun rasanya seperti hidup seribu tahun di negeri dongeng. Pasalnya, Singapura memberikan kenyaman hidup yang diidamkan umat manusia. Betapa tidak, Singapura jika dibandingkan dengan negaraku Indonesia, yang kaya sumber daya alam malah lebih jauh menghargai sumberdaya alam yang tidak dimiliki Singapura ini.

Salah satu hal kecil yang bisa dicontohkan sekaligus membuat aku terkagum dari gaya hidup orang-orang di Singapura adalah komitmen mereka tidak membuang sampah sembarangan, tidak merokok sembarangan.

"Wah suatu awal penciptaan mata rantai lingkungan yang sehat jauh dari polusi dan berimbas kepada usia manusia," kagum ku.

Kamis 17 April 2014, sekitar pukul 15.00 WIB, perjalanan aku dan satu rekanku jurnalis asal Padang Ekspres Pajril, didamping Yudhi Darmawan sebagai Head of Business Performance and Channel Management Group BNI Wilayah Padang dimulai.

Dengan kapal ferry, kami bertiga berangkat menuju Singapura dari Kota Batam. Tidak sabar di perjalanan, aku sibukkan diriku melihat pemandangan laut yang dilalui kapal yang aku tumpangi. Di dalam kapal udara terasa sejuk membuat aku menikmati perjalan yang kurang lebih satu jam itu. Saat pinggiran pulau negara Singapura mulai terlihat di kejauhan, decak kagum pun mulai timbul di dalam hati. Tidak terasa pujian atas kebesaran Tuhan terucap dari bibirku "Sungguh besar Allah Maha Pencipta," desah ku.

Tiba di Pelabuhan Harbour Front Singapura sekitar pukul 16.20 WIB, rombongan kami langsung disambut oleh Fauzanah Yusuf sebagai Head of Global Customer Services BNI Singapura. Wanita yang mengaku baru ditugaskan di Singapura dua bulan lalu ini mengantar kami ke kantor BNI Singapura nomor 39 Robinson Road.

Kebanggaan pertama yang kurasakan tiba di Kantor BNI Singapura adalah disambut oleh seorang pimpinan bank bertaraf internasional, Wahyu Purwandaka, Regional Head Singapore Office di ruangan pertemuan.

Ramah tamah pun dimulai tanpa terasa cerita berpanjang lebar mulai dari sejarah keberadaan BNI di Singapura hingga ke sejarah Kota Singapura.

"Singapura adalah Ibu Kota Singapura," mulai Wahyu bercerita, yang terletak di 11°17′LU 103°50′BT? / ?1,283°LU 103,833°BT. Tanggal 16 September 1963 berpisah dari Malaysia.

BNI pertama kali berdiri di Singapura pada tahun 1955, sebelum Singapura  resmi memisahkan diri dari Malaysia. Bahkan lebih tua usianya dari usia Bank Central Singapura.

"Kantor BNI Singapura di Singapura 39 Robinson Road, berdiri tahun 1955. Ini cabang Pertama BNI di luar negri, kemudian diikuti cabang kedua di Hongkong, selanjutnya Tokyo, London dan Newyork," ujar Wahyu.

Singapura adalah pusat keuangan terdepan keempat di dunia dan sebuah kota dunia kosmopolitan yang memainkan peran penting dalam perdagangan dan keuangan internasional.

Pelabuhan Singapura adalah satu dari lima pelabuhan tersibuk di dunia. Singapura memiliki sejarah imigrasi yang panjang. Penduduknya yang beragam berjumlah 5 juta jiwa, terdiri dari Cina, Melayu, India, berbagai keturunan Asia, dan Kaukasoid.

Lebih dari 42 % penduduk Singapura adalah orang asing yang bekerja dan menuntut ilmu di sana. Pekerja asing membentuk 50% dari sektor jasa. Negara ini adalah yang terpadat kedua di dunia setelah Monako. A T Kearney menyebut Singapura sebagai negara paling terglobalisasi di dunia dalam Indeks Globalisasi tahun 2006.

Sebelum merdeka tahun 1965, Singapura adalah pelabuhan dagang yang beragam dengan PDB per kapita $511, tertinggi ketiga di Asia Timur pada saat itu. Economist Intelligence Unit dalam "Indeks Kualitas Hidup" menempatkan Singapura pada peringkat satu kualitas hidup terbaik di Asia dan kesebelas di dunia.

Singapura memiliki cadangan devisa terbesar kesembilan di dunia. Setelah PDB-nya berkurang -6.8% pada kuartal ke-4 tahun 2009, Singapura mendapatkan gelar pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dengan pertumbuhan PDB 17.9% pada pertengahan pertama 2010.

Wahyu mengatakan, semua kelebihan yang dimiliki Singapura ini telah menarik minat pemerintah Indonesia untuk mendirikan Kantor BNI di Singapura. Perintah mendirikan BNI Pertama kali dilakukan oleh Bung Hatta sebulan setelah Indonesia merdeka. Ini untuk memenuhi tuntutan Undang-undang bagi negara baru  merdeka harus memiliki bank negara.

Indonesia belum memiliki bank negara saat itu, makanya tanpa harus mengurus inzin BNI dibentuk atas instruksi Bung Hatta kepada Margono. Sementara untuk pendirian BNI di negara Singapura tahun 1955, dimulai karena banyaknya pedagang indonesia saat itu di negara bagian Mayasia ini.

Singapura menjadi kota pertama tempat pendirian BNI di luar negri. Singapura  saat itu sudah menjadi kota perdagangan yang banyak terdapat warga Melayu dan Indonesia.

"Kalau dilihat sejarahnya dulu di Singapura banyak orang Melayu dan Indonesia. Dibuktikan dengan adanya Kampung Pengkulan, Kampung Bukit," urainya.

BNI Singapura dalam operasionalnya yang menganut prinsip sederhana Folow Custumer, diharapkan tetap menjadi pilihan di tengah berdirinya bank-bank besar asing di Singapura. Dengan menawarkan pelayanan produk seperti Deposit, Foreifn Exchange Line, Remittance, Escrow Agent, IMAS Electronic Payment System (MEPS), Custodian Service dan Hospital Guarante.

BNI tetap eksis hingga kini meski BNI sempat dinasionalisasi saat Singapura masih menjadi bagian Malaysia. Katanya, BNI juga berfungsi sebagai bank cirkuler sebelum Bank Indonesia (BI) berdiri saat itu. Sebagai Bank yang full leasing, BNI terus melirik peluang bisnis antara pengusaha Indonesia yang memiliki bisnis dengan perusahaan asing. Memanfaatkan layanan transfer dana bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia.

"Cabang diluar  negri untuk survive harus sinergi dengan pengusaha dalam negri. Untuk Tetap bisa berdiri, kita fokus ke Indonesia, yakni perusahaan yang indonesia yang ada hubungan dengan luar negri. Misalkan perusahaan buka Cabang di luar negri. Kita masuk ke perusahaan yang daya saingnya untuk negara kecil. Juga perusahaan asing yang terdapat di pelosok, karena BNI  punya cabang dimana-mana," ujar pria jangkung ini.

Diakuinya lingkungan bisnis BNI di Singapura ketat karena pemerintahnya tidak mudah memberikan izin pendirian bagi bank yang akan masuk, serta  regulasi yang sulit membuat warga asing sulit untuk berbisnis di negara singa ini.

"Contohnya saja salah satu regulasi yang ketat  terkait tenaga kerja secara tidak tertulis juga diatur. Mereka menutup lapangan kerja untuk orang asing.Seperti BNI Singapura yang kini jumlah pegawainya ada  60 hanya 7 orang saja warga negara Indonesia. Jadi tidak gampang untuk merekrut orang asing, khusus untuk buruh kasar saja boleh," ungkapnya.

Berbicara keuntungan BNI Singapura boleh berbangga, pasalnya tahun lalu jumlahnya mencapai Rp4,5 juta Dolar Singapura. Sementara untuk target BNI Singapura yang sudah ditetapkan BNI Pusat Jakarta, fokus kepada peningkatan bisnis. Ini bisa diraih dengan masih tersedianya potensi remiten TKI di singapura.

"Di Singapura ada 120 ribu TKI, BNI mencoba menggarap ini dengan bekerjasama dengan sim pos. Memberi kemudahan untuk membuka rekening dan mengedukasi manfaat menabung melalui Sekolah Indonesia. Untuk Rekening baru BNI Singapura bekerjasama dengan BNI Batam mencetak buku dan atm lalu di kirim ke Singapura," ujar pria yang juga pernah bertugas di BNI Jepang ini.

Layanan BNI Singapura lainnya yang juga banyak diminati warga Indonesia yang menjadi nasabah Emeral BNI, yakni mendapatkan layanan dan fasilitas berobat di Singapura dengan BNI Deposit Medikal.

"Mereka yang ingin berobat ke Singapura akan kita fasilitasi, hotel, angkutannya bahkan rekomendasi dokter yang di butuhkan. Ini diberikan bagi nasabah emeral BNI. Mereka tidak perlu repot memboyong uang tunai cukup dengan menunjukkan kartu deposit Medikal Cek-Up, maka BNI akan membayarkan semua kebutuhannya selama di singapura," tambahnya lagi.

BNI Singapura telah membangun kerjasama dengan 7 Rumah Sakit (RS) di  Singapura. Untuk bergabung dengan fasilitas Medikal cek Up ini caranya sangat mudah, nasabah emeral bisa mengajukan penerbitan hospital garansi.

Tanpa terasa pembicaraan kami membawa waktu berjalan 3 jam. Hingga sekitar pukul 20.00 WIB Wahyu didampingi stafnya mengajak kami untuk menikmati makan malam di restoran Jepang di Paragon, Orchard Road.

Aku yang memang belum pernah menikmati masakan khas Jepang di tantang Pria yang terkenal dengan keramahannya ini untuk mencoba sushi. "Coba saja menunya sangat seger," usul Wahyu meyakinkan ku.

Sembari diajari menggunakan sumpit secuil washabi di taruh di sushi ikan tuna, lalu dicelup ala kadarnya ke dalam cuka beras dan siap disantap. Dengan penasaran aku mencoba sushi ikan tuna, dan ternyata nikmat dan seger ditambah rasa washabi yang pedasnya terasa di hidung serta asinnya cuka beras membuat aroma amis ikan setengah matang ini hilang. Suasana makan malam ini sangat nyaman karena tempat yang higenis dan udara seger tidak terkontaminasi asap rokok.

"Di sini pemerintahnya konsisten menerapkan hukum tanpa pandang bulu," celetuk Wahyu menanggapi kekagumanku atas ruangan yang tidak ada asap rokok.

Wahyu menambahkan, meski pemerintah Singapura ketat menjaga ketertiban lingkungan, namun mereka menyediakan tempat khusus bagi warganya dan warga pendatang yang ingin bebas, baik bebas merokok, bebas meminum-minuman beralkohol, judi dan seks salah satunya di Clarke Quay (CQ).

Usai makan malam, rombongan kami berpisah dengan Wahyu, karena ia harus kembali beristirahat. Sementara kami bertiga ditemani oleh Ardi Ferdiansyah Saleh, Head of financial institution, dengan berjalan kaki kami mengunjungi  tempat bebas yang dimaksud yakni di Clarke Quay (CQ). Kami melintasi tempat yang dipenuhi kumpulan pria dan wanita yang saling mencari pasangan.

Penampilan berbeda terlihat di lokasi ini dimana setiap orang bebas berbuat, berkencan, merokok, bahkan minum hingga mabuk. Yang uniknya lokasi ini terletak di lorong taman, akan tetapi dilengkapi ruang beratap kaca, di bawahnya penuh dengan minibar. Disisi lainnya juga terdapat jembatan yang terbuka disini bertaburan botol bekas minuman para pengunjung.

Di sekeliling lokasi ini ditempatkan tim pemantau yang berpakaian bebas dengan radio pemanggil di tangan. Keberadaan pengawas yang direkrut dari organisasi pemuda setempat ini untuk memantau para pengunjung Clarke Quay berbuat onar khususnya yang mabuk.

"Tempat ini bukan hingga pukul 4 subuh, lewat itu pukul 5 subuh tempat ini sudah sepi lagi dan bersih dari sampah dan bekas botol minuman keras," terang Ferdy.

Kami yang sejak awal sudah berkomitmen tidak akan tidur pada malam itu, agar bisa mengunjungi kota Singapura di malam hari, mencoba menjalani semua objek yang ada di Clarke Quay. Tujuannya selain membuang rasa penasaran kami juga ingin mencari-cari moment foto yang bagus untuk dipotret.

Sesekali kami berhenti di taman kala pegal melanda kaki. Terakhir perhentian yang agak lama kami habiskan di tepian sungai di dekat Clarke Quay. Di sini lagi-lagi kami mendapati sungai yang bersih bebas dari limbah apapun.

"Kalau menjelang pagi semua lokasi ini dibersihkan oleh petugas kebersihan yang rata-rata adalah orang India, termasuk sungai ini tiap hari dikeruk," tandasnya.

Belum puas di situ kamipun diajak ke lokasi Merlion Park di Marina Bay. Pinggiran lautan ini sangat indah di malam hari karena dipenuhi lampu-lampu kelap kelip.

Lagi-lagi kami di sini mengabadikan foto kepala singa di tengah kemilau lampu. Letih melangkah menjelang subuh kami kembali ke hotel ibis tempat kami menginap untuk berganti pakaian dan melanjutkan rencana perjalanan esok pagi-pagi ke Universal Studios.

Esok harinya, Jum'at (18/4/2014), sesuai janji pukul 08.00 WIB, kami berangkat ke Universal Studios untuk mengantri tiket. Kali ini hanya kami bertiga saja, Aku, Fajril dan Yudhi Darmawan dari BNI.

Wahana permainan di Singapura ini cukup menarik, sehingga puluhan ribu turis lokal maupun asing bersedia antri untuk masuk. Tiket kami yang disediakan oleh BNI, untuk semua wahana permainan hanya sempat kami mainkan beberapa saja, karena memang tidak akan tuntas dijalani dalam sehari. Kami mengambil inisiatif untuk memainkan 3 wahana saja sembari melihat objeck yang bisa diabadikan dengan kamera.

"Kita bermain wahana Transformers the Ride dan Revenge of the Mummy aja dulu nanti kita lihat lagi mana yang bisa kita mainkan," saran Yudhi Darmawan.

Di kedua wahana ini kami khususnya aku sangat menikmati, bahkan tertantang adrenalinnya. Karena permainan ini memang belum pernah aku naiki. Aku histeris berkali-kali kala kursi yang kunaiki berputar dan meluncur kencang.

"Uchh..rasa jantung mau copot," keluhku usai menaiki Revenge of the Mummy.

Tanpa terasa waktu berlalu matahari mulai condong ke barat. Kami sudah harus meninggalkan Sigapura sekitar pukul 16.00 WIB. Sebelum meninggalkan Kota Singapura kami mencoba bersantap siang di sebuah mall di Sentosa-Vivo City. Dengan menaiki monorel tujuan sentosa, kami bisa menyaksikan pemandangan sebagian Kota Singapura dari atas.

Menjelang kembali ke pelabuhan kami menyempatkan diri berjalan-jalan di mall tersebut untuk melihat tambahan oleh-oleh untuk dibawa ke Indonesia. "Masih ada sisa dolar ku," kata aku seraya melihat oleh-oleh apa yang cocok dengan nominal dolar yang masih aku miliki.

Coklat berbagai bentuk, merek dan jenis serta harga adalah salah satu buah tangan yang bisa dibawa dari Singapura. Tanpa terasa seiring waktu menjelang senja, langkah pun mulai membawa aku meninggalkan Singapura. Antrian di bagian imigrasi Singapura sebelum masuk ke kapal menyadarkan anganku bahwa masaku di Singapura sudah berakhir.

"Tunggu aku kembali kapan-kapan Singapura," desahku dalam hati sembari memandang jauh hamparan pelabuhan dan pantai Harbour Front. ***

Ditulis: Vera Luciana (Wartawan RiauAktual.com)
Editor: Riki

 

Terkini

Terpopuler