Riauaktual.com - Guna mengoptimalkan penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Riau, Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC-BPPT), menyiapkan puluhan ton garam untuk disemai di langit Riau, mulai Rabu (11/3/2020) ini.
Sasaran penyemaian garam ini, dilakukan di awan yang berpotensi hujan.
Harmensyah Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menjelaskan, dalam proses TMC ini ada acuan dan perhitungan, agar operasi berjalan dengan baik dan sebagaimana mestinya.
''Proses TMC ini tentunya, harus memperhitungkan pendataan cuaca, sebaran awan, arah angin, semua kita lihat itu,'' katanya, saat ditemui di Pangkalan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin, Rabu siang.
Sejauh ini, sambung Harmensyah, tim telah menerima ada stok sebanyak 20 ton garam yang akan disemai.
''Kalau garam kurang, akan kita minta kirim kembali,'' ujar Harmensyah.
Ia menegaskan, dalam proses penyemaian garam ini, dipastikan tidak ada yang kurang. Karena tim bekerjaama dengan BNPB, BPPT, TNI, BPPD.
''Intinya arahan pimpinan kita, Presiden kita, jangan ada kebakaran. Dan kita akan berkolaborasi dengan baik,'' tegasnya.
Sesuai dengan arahan presiden itu, pihaknya diharapkan dapat menjadikan Riau bisa bebas bencana asap akibat Karhutla, seperti pada tahun 2016, 2017, dan 2018.
''Kita ingin Riau bebas asap, bagaimana seperti ini, kita bersama-sama tentunya bukan hanya pemerintah, tapi bencana ini urusan bersama,'' ungkapnya.
Diungkapkannya, penebaran garam di hari pertama ini, akan difokuskan di bagian utara, atau arah pesisir dari Provinsi Riau.
Sementara itu, disinggung terkait hasil evaluasi operasi TMC, bagaimana efisiensi pelaksanaannya, seperti yang sudah dilakukan sebelumnya, Harmensyah menyatakan TMC sangat membantu penanggulangan Karhutla.
Pihaknya juga sangat mengapresiasi kepada Pemerintah Provinsi Riau, Gubernur bersama Forkopimda-nya, karena lebih awal menerapkan status siaga darurat. Artinya kepedulian Pemprov Riau melakukan pencegahan ini (Karhutla) luar biasa.
''Kita Pemerintah Pusat hadir cepat, memberikan bantuan dan dorongan termasuk TMC. Heli juga kita gelar di sini untuk melakukan patroli, termasuk heli water bombing, api kecil langsung di padamkan. Satgas darat, Satgas udara kita aktifkan semua,'' tutupnya.
Sementara itu, Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Marsma TNI Ronny Irianto Moningka memaparkan, TNI AU menyiapkan beberapa alutsista yang dimiliki untuk membantu pemadaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Riau.
Alutista itu, terrmasuk diperbantukan dalam pelaksanaan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) hujan buatan, yang menjadi bagian dari upaya penanggulangan Karhutla di Bumi Lancang Kuning.
''Untuk mendukung TMC ini, kita siapkan heli untuk patroli. Lalu ada pesawat untuk pelaksanaan TMC, ada 3 unit. Yang ringan yakni Cassa 212, yang sedang ada CN 295, dan yang berat Hercules,'' jelasnya.
Namun, sebut Danlanud, unit yang dikerahkan ini diungkapkan Ronny, saat masih standby di Jakarta. Jika dibutuhkan, nantinya akan dikirim ke Pekanbaru sesuai evaluasi kebutuhan.
''Tentunya kita lihat evaluasi bagaimana kebutuhan di sini. Jika kebutuhan cukup besar akan dikirim CN (295). Kalau memang perlu sesegera mungkin hujannya hari itu, kebakaran begitu hebat, kan kita tidak tahu. Maka kita siap mengirimkan pesawat Hercules,'' jelas Danlanud.
Penyemaian garam ini, akan disesuaikan dengan kemampuan pesawat TMC yang juga berbeda. Kalau Cassa 212 ini kemampuannya 800 kg (sekali angkut). Begitu habis disebar, nanti balik ambil lagi, begitu seterusnya.
''Saat ini yang sudah berada di Pekanbaru adalah pesawat Cassa 212, heli KLHK dan heli BNPB untuk patrol,'' terang Ronnyi.
Untuk cara lain proses pemadaman, TNI AU juga melakukan berbagai inovasi dalam rangka pemadaman, juga dilakukan oleh jajaran TNI AU. Contohnya,TNI AU membuat bom air, dengan Hercules.
''Water container bombing. Jadi bola-bola air dijatuhkan seperti bom. Pakai Hercules, sehingga efektif memadamkan kebakaran yang istilahnya tidak bisa dijangkau, kalau bola air dijatuhkan, dia akan pecah dan menyebar,'' katanya.
Untuk metode bom bola air ini disebutkan Ronny, pada dasarnya unit Hercules sudah siap.
''Tergantung eskalasi, kita nanti ada evaluasi. Pada intinya selalu ada laporan ke pimpinan, bahwa hari ini bagaimana perkembangannya. Kalau mungkin dia dilihat penggunaan Hercules dengan metode water container bombing itu, biayanya juga mahal. Jadi akan dilaksanakan jika saat memang kebakaran tidak teratasi,'' pungkasnya. (HA)