PEKANBARU (RA) – Badan Pusat Statistik (BPS) Riau mencatat nilai impor provinsi Riau pada Januari–Agustus 2025 mencapai US$1.104,07 juta atau turun 17,07 persen dibanding periode yang sama tahun 2024. Meski terjadi penurunan, impor pupuk tetap menjadi komoditas utama yang mendominasi struktur impor Riau sepanjang tahun ini.
Kepala BPS Riau, Asep Riyadi, menjelaskan bahwa dari total impor nonmigas sebesar US$1.026,19 juta, kontribusi terbesar masih berasal dari impor pupuk.
"Selama Januari–Agustus 2025, nilai impor pupuk mencapai US$234,81 juta dengan peran sebesar 23,33 persen terhadap total impor nonmigas Riau. Sementara pada Agustus 2025 saja, nilai impornya tercatat US$23,49 juta," ujarnya di Pekanbaru, Jumat (3/10).
Secara bulanan, Asep menyebut impor Riau pada Agustus 2025 hanya sebesar US$123,40 juta atau turun 36,08 persen dibanding Agustus 2024. Sementara impor nonmigas pada bulan yang sama tercatat US$120,56 juta, turun 36,51 persen.
"Penurunan ini sejalan dengan tren menurunnya permintaan beberapa jenis barang impor, termasuk barang modal, barang konsumsi, maupun bahan baku," jelas Asep.
BPS juga mencatat tiga negara pemasok utama barang impor nonmigas ke Riau sepanjang Januari–Agustus 2025. Kanada mendominasi dengan nilai US$187,53 juta atau 18,27 persen, disusul Tiongkok US$174,03 juta (16,96 persen), dan Vietnam US$101,56 juta (9,90 persen).
Sementara impor dari kawasan ASEAN mencapai US$304,32 juta atau 29,66 persen, dan dari Uni Eropa sebesar US$126,93 juta atau 12,37 persen.
Lebih jauh, Asep mengungkapkan bahwa penurunan terbesar terjadi pada kelompok barang modal dan konsumsi.
"Nilai impor barang modal turun tajam hingga 61,06 persen menjadi US$79,85 juta. Barang konsumsi juga turun 60,41 persen menjadi US$41,48 juta. Sedangkan impor bahan baku atau penolong masih relatif tinggi, yakni US$982,73 juta meski turun 3,79 persen dibanding tahun lalu," katanya.
Meski impor mengalami penurunan, neraca perdagangan Indonesia Januari–Agustus 2025 masih mencatatkan surplus sebesar US$13,11 miliar. Surplus ini terdiri dari sektor nonmigas US$12,41 miliar dan migas US$0,70 miliar.
Asep menegaskan, dominasi impor pupuk menunjukkan kebutuhan vital sektor perkebunan dan pertanian di Riau.
"Pupuk menjadi komoditas penting untuk mendukung produktivitas, terutama di sektor perkebunan sawit yang memang mendominasi perekonomian Riau," pungkasnya.