BENGKALIS (RA) - Gelombang kritik terhadap kinerja Direktur Perumda Air Minum Tirta Terubuk Bengkalis, Abel Iqbal, terus menguat. Selama dua pekan terakhir, krisis air bersih melumpuhkan aktivitas warga dan pelaku usaha, namun belum ada solusi konkret yang dihadirkan manajemen perusahaan pelat merah tersebut.
Bupati Bengkalis, Kasmarni, diminta turun tangan mengevaluasi secara menyeluruh kepemimpinan Abel Iqbal yang dinilai gagal mengantisipasi dampak musim kemarau dan menjaga ketersediaan pasokan air bersih.
"Sebagai satu-satunya penyedia air bersih di Bengkalis, masalah ini seharusnya bisa diprediksi dan diantisipasi jauh-jauh hari," tegas Wakil Ketua DPRD Bengkalis, Hendrik Firnanda Pangaribuan, Rabu (13/8/2025).
Ketidakhadiran Abel Iqbal dalam dua agenda dengar pendapat di DPRD Bengkalis turut menuai sorotan. Pemanggilan pertama pada Juli lalu beralasan dinas luar kota, sementara pertemuan kedua pada 12 Agustus kembali tidak dihadiri, sehingga pembahasan hanya diwakili staf non-pengambil kebijakan.
"Saya menilai Direktur Perumda Air Minum Tirta Terubuk tidak menghargai lembaga wakil rakyat yang membawa aspirasi masyarakat," ujar Hendrik.
Dalam rapat bersama Komisi III DPRD, terungkap kondisi memprihatinkan waduk utama sebagai sumber pengolahan air bersih. Kedalamannya kini hanya 2 meter, padahal standar ideal 8 meter agar pasokan air dapat bertahan hingga 47 hari.
"Kedangkalan ini menunjukkan kelalaian manajemen dalam pemeliharaan. Seharusnya ada pengecekan rutin, apalagi di musim kemarau," tambahnya.
Komisi III DPRD Bengkalis berencana memanggil kembali Direktur Perumda pekan depan.
"Jika pada panggilan ketiga masih mangkir, kami akan merekomendasikan kepada Bupati Bengkalis untuk mencopot jabatannya dan mengevaluasi kinerja manajemen Perumda Air Minum Tirta Terubuk," tegas Hendrik.
Hendrik juga mengimbau masyarakat agar tetap bersabar. Menurutnya, krisis ini turut dirasakan pimpinan DPRD dan Bupati Bengkalis.
"Kalau di rumah masyarakat distribusi air berhenti total, di rumah saya juga sama. Bahkan Bupati Bengkalis turut merasakan hal ini," ujarnya.
Tokoh pemuda Desa Senggoro, Sabri, SH, turut mendesak Bupati Bengkalis segera mengevaluasi pimpinan Perumda.
"Aspirasi kami lewat DPRD saja tidak dihormati, apalagi langsung dari masyarakat. Bagaimana bisa melayani warga dengan sepenuh hati?" kritiknya.
Berdasarkan data, Perumda Air Minum Tirta Terubuk memiliki omzet tahunan sekitar Rp28 miliar dengan biaya operasional mencapai Rp25 miliar. Warga mempertanyakan alasan anggaran sebesar itu tidak mampu digunakan untuk menjaga kondisi waduk.
"Kami minta transparansi penggunaan dana. Pelayanan publik harus jadi prioritas, bukan sekadar angka di laporan keuangan," tegas Ketua RW Senggoro, Yanto.
Hingga berita ini diturunkan, distribusi air bersih di Bengkalis masih terhenti total. Warga dan pelaku usaha mendesak langkah cepat Bupati Kasmarni untuk membenahi manajemen Perumda sebelum krisis semakin berkepanjangan.