Ekonomi Riau Butuh Diversifikasi, Jangan Hanya Andalkan Migas dan Sawit

Sabtu, 09 Agustus 2025 | 07:46:49 WIB
Local Expert Kementerian Keuangan, Kanwil Perbendaharaan Riau, Dahlan Tampubolon.

RIAU (RA) - Local Expert Kementerian Keuangan, Kanwil Perbendaharaan Riau, Dahlan Tampubolon menilai kondisi perekonomian Riau saat ini sedang menghadapi tantangan berat. 

Meski masih mencatatkan pertumbuhan, namun laju ekonomi daerah tidak lagi sekencang sebelumnya, salah satunya akibat defisit dan keterbatasan anggaran daerah.

"Kalau kita tengok dari data, ekonomi Riau memang tumbuh, tapi enggak sekencang dulu. Karena anggaran pemerintah daerah lagi defisit dan terbatas. Defisit anggaran ini ibarat kantong lagi tipis, uang yang masuk gak sebanding dengan uang yang mau dipakai Padahal, uang itu penting untuk belanja pembangunan," ujar Dahlan, Sabtu (9/8/2025)).

Menurutnya, dengan adanya defisit anggaran tersebut berdampak langsung pada tertundanya sejumlah proyek penting, terutama infrastruktur. Ia mencontohkan proyek jalan dan jembatan yang harusnya dipercepat justru mengalami perlambatan.

"Padahal proyek-proyek ini bisa menggerakkan roda ekonomi, membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Misalnya proyek infrastruktur jalan atau jembatan yang harusnya cepat malah jadi lambat. Padahal, kalau jalan bagus, ekonomi di sekitar situ pasti lebih lancar. Jadi ini bukan sekadar proyek, tapi motor penggerak ekonomi," jelasnya.

Dahlan juga menyoroti potensi dan tantangan dua sektor utama Riau, yakni minyak dan gas bumi (migas) serta kelapa sawit, yang disebut sebagai dua raja ekonomi Riau

Kata Dahlan, migas masih menjadi penyumbang pendapatan daerah yang besar, namun tidak bisa selamanya diandalkan karena cadangan yang makin menipis dan harga minyak dunia yang fluktuatif.

Sementara itu, sektor sawit memiliki peran vital sebagai produsen terbesar di Indonesia, memberikan kontribusi besar terhadap lapangan kerja dan pendapatan daerah. 

Namun, tantangan harga CPO (Crude Palm Oil) yang mudah berfluktuasi serta tekanan isu lingkungan dari luar negeri menjadi pekerjaan rumah yang tidak ringan.

"Di masa depan, Riau harus mulai melakukan diversifikasi ekonomi ke sektor nonmigas dan juga hilirisasi produk turunan CPO supaya lepas dari ketergantungan migas dan CPO. Migas harus mulai diganti dengan energi terbaru dan sawit juga jangan cuma dijual mentahan. Harus diolah jadi produk bernilai tambah, seperti sabun, kosmetik, atau bahan bakar nabati," tambahnya.

Dahlan menegaskan defisit APBD ibarat rem bagi pembangunan. Belanja modal yang rendah di semester pertama membuat proyek melambat, menghambat logistik, menaikkan biaya operasional, hingga berimbas pada naiknya harga barang.

"Karena proyek pembangunan melambat, banyak lapangan kerja yang harusnya ada jadi enggak ada. Ini bisa meningkatkan pengangguran dan daya beli masyarakat menurun. Jadi defisit APBD ini dampaknya sangat signifikan. Ini membuat perekonomian daerah jadi kurang bergairah dan sulit untuk maju lebih pesat," tegasnya.

Dalam HUT ke-68 Provinsi Riau, ia berharap pemerintah daerah berani mengambil langkah diversifikasi ekonomi dan mengoptimalkan potensi lain di luar migas dan sawit. Ia menilai, sektor pariwisata, perikanan, serta UMKM memiliki prospek besar jika digarap serius.

"Riau punya banyak destinasi wisata, mulai dari pantai dan hutan. Coba kita promosikan lebih gencar, buat paket wisata yang menarik, tingkatkan infrastruktur pendukungnya. Potensi perikanan juga luar biasa, tinggal bagaimana kita mengolahnya menjadi produk yang bernilai tinggi," katanya.

"Usaha-usaha kecil dan menengah harus didukung. Pemerintah harus dukung modal, pelatihan, dan pemasaran biar produk lokal Riau bisa bersaing. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang paling penting adalah investasi di sumber daya manusia. Kalau masyarakatnya pintar dan sehat, mereka pasti lebih produktif," tegasnya.

Dahlan juga mengingatkan pentingnya transparansi dan efisiensi anggaran di tengah keterbatasan fiskal.

"Duit yang sedikit harus dipakai dengan bijak. Jangan sampai ada yang dimakan atau tidak jelas penggunaannya. Setiap rupiah harus benar-benar terasa manfaatnya buat rakyat. Jadi intinya kita harus kerja keras, kreatif dan berani berubah. Jangan cuma mengandalkan warisan alam aja, tapi juga manfaatkan potensi yang ada di depan mata," Tutupnya

Tags

Terkini

Terpopuler