ROKAN HILIR (RA) - Menteri Kehutanan RI Raja Juli Antoni meninjau langsung lokasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Rabu (23/7/2025).
Dalam pemantauan udara menggunakan helikopter, terlihat ratusan hektare lahan gambut terbakar di wilayah Kecamatan Pujud dan Bangko Pusako.
Asap tebal membumbung dari titik-titik kebakaran dan menyebar hingga ke Kota Bagan Siapi-api, bahkan melintas ke wilayah negara tetangga, Malaysia. Kebakaran tersebut diduga kuat merupakan bagian dari aktivitas pembukaan lahan secara ilegal untuk perkebunan kelapa sawit.
“Kelihatan sekali itu dibakar. Ada dua kebun sawit yang hendak dibuka, tapi dengan cara lama yang seharusnya sudah dilarang,” ujar Raja Juli Antoni usai pemantauan.
Dalam peninjauan tersebut, Menhut turut didampingi Kapolda Riau, Irjen Pol Herry Heryawan. Dari hasil observasi udara, diperkirakan lebih dari 100 hektare lahan terbakar dalam sepekan terakhir, meliputi semak belukar, lahan gambut, dan hutan tropis.
Sementara itu, data BMKG Pekanbaru mencatat sebanyak 144 titik panas (hotspot) terdeteksi di wilayah Riau. Rokan Hilir menjadi daerah dengan titik panas terbanyak, yakni 70 titik, disusul Rokan Hulu 49 titik, dan Pelalawan 17 titik.
Dalam konferensi pers usai Rapat Koordinasi Pengendalian Karhutla Provinsi Riau di Gedung Daerah Balai Serindit, Pekanbaru, Menteri Kehutanan menegaskan bahwa penanganan Karhutla tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah.
“Seberapa canggih pun alat pemadam yang digunakan pemerintah, jika masyarakat tetap membakar lahan, semua upaya itu akan sia-sia,” tegas Raja.
Ia mengimbau masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar, karena selain merusak lingkungan, tindakan tersebut merupakan pelanggaran hukum yang dapat dikenai sanksi tegas. Menhut juga mengingatkan bahwa kebakaran bisa dipicu oleh tindakan sepele, seperti membuang puntung rokok sembarangan.
“Sekalipun tidak disengaja, tindakan ceroboh tetap akan ditindak tegas,” ujarnya.
Raja berharap bencana kabut asap parah seperti yang terjadi pada 2015 tidak terulang kembali. Ia mengingatkan bahwa saat itu aktivitas pendidikan, penerbangan, ekonomi, hingga kesehatan masyarakat terdampak secara luas.
“Kita harus belajar dari masa lalu. Mari jaga lingkungan demi masa depan anak cucu kita,” tutupnya.