Golkar Riau di Titik Nadir: Kekalahan Pileg dan Pilkada Picu Gonjang-Ganjing Internal

Sabtu, 04 Januari 2025 | 13:00:00 WIB
Golkar.

RIAU (RA) - Partai Golkar Riau tengah dilanda gejolak internal pasca rekornya sebagai partai raksasa yang paling berkuasa selama beberapa dekade terakhir di Provinsi Riau tercoreng.

Golkar harus menelan pil pahit usai kalah dari PDIP dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) dan berakibat hilangnya kursi Ketua DPRD Riau yang hampir tiga dekade dikuasainya.

Tak hanya itu, para kader senior Golkar termasuk Ketua DPD I Golkar Riau sendiri, Syamsuar, juga kalah telak dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2024.

Kepemimpinan Syamsuar kemudian menjadi sorotan utama dan menuai kritik tajam dari berbagai pihak, termasuk kader senior partai. Kekalahan ini dianggap sebagai titik nadir bagi Golkar Riau, yang selama ini dikenal sebagai salah satu kekuatan politik dominan di Bumi Lancang Kuning.

Salah satu kritikan datang dari senior Golkar yang telah menjadi kader sejak tahun 1979, Hermansyah. Anggota Dewan Pertimbangan Partai Golkar Riau itu menyebut kekalahan ini merupakan momen kelam dalam sejarah partai.

"Golkar selalu menjadi kekuatan dominan di setiap pemilu. Tapi kali ini, kita kalah di legislatif dan Pilgub. Parahnya, dari 13 Pilkada kabupaten/kota di Riau, Golkar hanya menang di dua daerah saja," kata dia, Jumat (29/11/24) lalu.

Kekalahan besar ini menurut Hermansyah adalah bukti nyata ada yang salah dalam kepemimpinan Syamsuar dan diperlukan evaluasi menyeluruh.

Mantan Bupati Rokan Hulu sekaligus kader senior Golkar, Suparman, turut mengungkapkan kekecewaannya terhadap Syamsuar. Ia menuding Syamsuar telah memanfaatkan partai untuk kepentingan pribadi dan keluarga, sehingga mengabaikan kader-kader yang telah membesarkan Golkar.

"Syamsuar harus bertanggung jawab atas kegagalan ini dan lebih baik segera mundur untuk menyelamatkan partai," ujar Suparman yang kini disebut-sebut masuk ke dalam bursa calon Ketua DPD I Golkar Riau menggantikan Syamsuar.

Tak hanya Suparman, nama-nama potensial lainnya sebagai pengganti Syamsuar mulai bermunculan, di antaranya Parisman Ihwan, Karmila Sari, hingga dari eksternal partai yaitu Wakil Gubernur Riau Terpilih, SF Hariyanto.

Menanggapi desakan mundur ini, Syamsuar melalui Wakil Ketua Golkar Riau Ikhsan menyatakan dirinya tidak lagi memiliki ambisi politik dan menyerahkan semua keputusan pada mekanisme partai. Artinya, Syamsuar pun telah siap harus turun dari tampuk pimpinan Golkar Riau dalam Musyawarah Daerah (Musda).

Namun lagi-lagi tindak-tanduk Syamsuar mendapat kritikan karena disebut berusaha mengakomodir suara para Ketua DPD II Golkar kabupaten/kota agar memilih Parisman Ihwan sebagai Ketua DPD I Golkar Riau yang baru.

Cawe-cawe politik Syamsuar ini disayangkan oleh Ketua Komisi II DPR RI, Ahmad Fikri, yang menilai Syamsuar bukannya intropeksi diri dan sowan ke para senior partai untuk meminta maaf malah lebih banyak mencari dukungan yang lagi-lagi demi kepentingan pribadinya.

"Seharusnya Syamsuar menemui para tokoh partai dan mendengarkan masukan mereka. Ini bukan waktunya untuk cawe-cawe mencari dukungan politik," tegas Ahmad Fikri.

Lebih lanjut, para senior partai Golkar nampaknya sepakat bahwa kekalahan Golkar Riau dalam Pileg dan Pilkada 2024 dipandang sebagai refleksi dari lemahnya strategi politik partai dan kurangnya konsolidasi internal. Beberapa kader menilai bahwa program dan kebijakan partai tidak berhasil menjangkau kebutuhan masyarakat.

Di tengah gonjang-ganjing ini, para kader berharap ada solusi konkret untuk mengembalikan kejayaan Golkar di Riau. Evaluasi kepemimpinan Syamsuar dan strategi politik partai menjadi langkah penting untuk memastikan Golkar tetap relevan di tengah dinamika politik Riau. Dengan dorongan wacana Musda dan kemunculan tokoh-tokoh potensial, Golkar Riau diharapkan mampu bangkit dan kembali menjadi kekuatan politik yang solid di masa depan.

 

Tags

Terkini

Terpopuler