Disegel Masyarakat, Prostitusi di Perumahan Jondul Sudah Bubar

Disegel Masyarakat, Prostitusi di Perumahan Jondul Sudah Bubar
Spanduk penolakan panti pijat di Perumahan Jondul. (foto: kurniawan)

PEKANBARU (RA)- Aksi penolakan masyarakat Tenayan Raya atas dugaan prostitusi terselubung dengan berkedok panti pijat di kawasan Perumahan Jondul Lama terus berlanjut. Kini, kegiatan prostitusi di lokasi itu mulai berkurang.

Terbukti, dari pantauan saat melakukan investigasi pada Ahad (3/5/2015) malam tadi, tidak satupun terlihat aktivitas seperti malam-malam biasanya yang menyuguhkan kebebasan prostitusi di tempat tersebut.

"Beberapa hari yang lalu, gabungan masyarakat Tenayan Raya beramai-ramai datang kemari. Mereka menolak dan mengecam keberadaan panti pijat ini disini. Makanya sekarang mereka (PSK) sudah pergi dan tempatnya ditutup," ujar Tiem, salah seorang ibu warung yang ditemui di sekitaran perumahan tersebut.

Berdasarkan pantauan, komplek perumahan yang berada di Jalan Bambu Kuning, Kelurahan Rejosari, Kecamatan Tenayan Raya itu sekarang memang terlihat seperti kota mati.

Biasanya pada malam hari disibukkan dengan transaksi jual diri terang-terangan, yakni dengan melambaikan tangan para wanita penggoda meminta pengendara yang melintas untuk masuk ke panti mereka.

Terlihat pula beberapa pria hidung belang yang hilir mudik mengitari komplek tersebut, namun dari wajahnya juga terpancar rasa kebingungan yang penuh keheranan akan suasana terkini di Perumahan Jondul Lama pasca penutupan itu.

"Saya pun tak tahu semuanya pada kemana. Tapi ada beberapa perempuan yang saya ajak ikut saudara saya bekerja menjadi asisten rumah tangga di luar kota," sebut Tiem, saat ditanyai kemana pastinya sejumlah banyak perempuan pelaku usaha panti pijat di komplek perumahan itu pindah.

Disinggung mengenai keinganannya kepada pemerintah setelah komplek tersebut disegel, dikatakan Tiem, pemerintah setidaknya peduli terhadap perempuan di lokasi itu. Artinya, pemerintah juga harus memikirkan semacam wadah naungan pembinaan serta penempatan kerja yang sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki.

"Pemerintah jangan hanya berkoar-koar untuk mengecam dan mengutuk tempat ini. Kalau sudah ditutup begini kan kasian juga mereka. Ada yang jadi pengangguran dan ada juga yang tak tahu lagi harus melanjutkan ekonominya kemana," ungkap Tiem.

Sementara itu, salah seorang perempuan pelaku usaha panti pijat yang dihubungi melalui selulernya juga mengungkapkan keinginannya yang sama dengan keinginan warga di sekitaran perumahan Jondul Lama tersebut.

Selain menyesali perbuatan yang telah ia perbuat, ia juga memikirkan nasib teman-teman sekaumnya yang sampai saat ini diakuinya tidak tahu lagi keberadaannya untuk menyambung hidup.

"Saya meminta maaf untuk seluruh warga Pekanbaru dan sekitarnya. Saya menyesal sudah membuat keresahan di tengah masyarakat. Maafkan saya dan teman-teman saya yang terlupa dan khilaf," ungkap Ayu (bukan nama sebenarnya) kepada wartawan yang didapati nomor selulernya saat melakukan investigasi bagian pertama beberapa waktu lalu.

Dipaparkan Ayu, terlepas dari kekhilafannya melakukan kesalahan itu, dirinya juga berterimakasih atas aksi penyegelan yang dilakukan warga Tenayan Raya di perumahan Jondul Lama tersebut. Sebab, aksi ditutupnya prostitusi terselubung itu sudah membuatnya sadar bahwa apa yang dilakukannya akan berimplikasi timbulnya kemudharatan di tengah masyarakat.

"Saya sadar apa yang telah saya lakukan itu berdampak fatal. Berapa rumah tangga yang saya hancurkan karena ulah orang semacam saya. Dan berapa penyakit pula yang saya datangkan karenanya," kesal Ayu.

Dihimbaunya, kepada mereka yang masih melanjutkan praktek prostitusi yang diselubungi usaha panti pijat, salon, SPA dan lainnya diminta untuk menyudahi dan beralih mencari pekerjaan yang lebih halal. Pasalnya, meskipun secara tidak langsung ada diantara mereka yang dijadikan korban trafficing dari oknum yang tak bertanggung jawab, Ayu meminta hal yang sedemikian untuk dapat dihindari dan meminta bantuan dengan orang yang tepat.

Disinggung mengenai aktivitasnya setelah panti pijatnya yang bertarif Rp200 ribu shortime itu tak beroperasi lagi, Ayu mengatakan bahwa dirinya sudah kembali ke kota asalnya, yakni Semarang. Dikatakannya, dengan adanya penyegelan sekelompok masyarakat terhadap usaha panti pijat tersebut, ia sudah dapat mengambil hikmah dari kejadian yang dapat memulangkannya kembali ke keluarga.

"Alhamdulillah, saya sudah lepas dari jebakan teman saya yang katanya mau ngajak saya kerja jadi karyawan cafe di Pekanbaru seperti yang saya bilang ke mas sewaktu kita kenalan dulu. Sekarang saya sudah kembali ke Semarang. Dan saya tahu mas ini nanya-nanya begitu karena sebenarnya mas ini wartawan kan. Kalau begitu saya juga berterimakasih dengan orang-orang seperti mas. Karena secara tidak langsung, pemberitaan mas dan kawan-kawan media membuat Prostitusi tersebung itu dihentikan," pungkasnya.

 

Laporan : kur/rik

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index