Current Date: Selasa, 09 Desember 2025

Adanya Temuan Anak Gizi Buruk, Menandakan Pendataan Masyarakat Miskin di Pekanbaru Tidak Maksimal

Adanya Temuan Anak Gizi Buruk, Menandakan Pendataan Masyarakat Miskin di Pekanbaru Tidak Maksimal
Sonya penderita gizi buruk digendong orangtuanya. (foto: net)

PEKANBARU (RA)- Adanya temuan anak gizi buruk Sonya Mutiara Kholbi (9) di Pekanbaru, merupakan pertanda bahwa pendataan masyarakat miskin di Pekanbaru belum maksimal. Maka DPRD meminta agar data masyarakat miskin harus segera divalidasi.

"Inilah dampaknya, selama ini data orang miskin tidak valid, maka wacana pemerintah akan memvalidasi data masyarakat miskin itu sangat perlu," ungkap Ketua Fraksi Gerindra DPRD Kota Pekanbaru Zainal Arifin SE kepada wartawan.

Dikatakannya, selama ini dalam pendataan masyarakat miskin, baik di Jamkesda, Jamkesman, maupun penerima Raskin, masih terkendala data. "Bukan apa, saya sekarang masih Ketua RW dan saya tahu bagaimana data ini tidak valid," ujar Zainal.

Menurut Zainal, ketika persoalan data masyarakat miskin ini tidak segera dilakukan pembaruan, maka dirinya khawatir akan ada lagi persoalan terhadap masyarakat miskin kedepannya.

"Memang kita tidak tahu pasti masyarakat yang terkena gizi buruk itu masyarakat tempatan atau pendatang, kalau tempatan bisa jadi puskesmas atau posyandu yang lalai," paparnya.

Anggota DPRD lainnya Dian SUkheri SIp menyebut bahwa kasus gizi buruk ini dampak dari tidak tanggapnya pemerintah dalam segala hal yang akan melanda masyarakat, baik gizi buruk dan berbagai penyakit lainnya.

"Pemerintah harus turun tangan. Masukan dari saya, kan selalu pak wako menyampaikan ke masyarakat tindakan pencegahan jauh lebih baik dari pada mengobati, selama ini anggaran pencegahan sangat minim," ungkap Dian.

Menurutnya, struktur anggaran yang selama ini banyak pada pembiayaan harusnya diposisikan untuk pencegahan penyakit. "Kita tidak ada melihat pembekap struktur angaran mencerminkan pencegahan. Setiap tahun ada kasus ini," papar politisi PKS ini.

Kedepan, kata Dian, pemerintah jangan hanya menyiapkan anggaran untuk fooging sebagai pencegahan terhadap demam berdarah, namun penganggaran untuk pencegahan berbagai penyakit lainnya.

"Jangan hanya bangun ini, bangun itu, anggaran untuk pencegahan yang harus diperbesar," ulasnya.

Seperti diketahui, anak gizi buruk Sonya Mutiara Kholbi putri dari Annisa Erita (37) pedagang jagung bakar menderita 6 penyakit yang mengiringi gizi buruknya. Enam penyakit tersebut yakni Cerebral Falsi, gangguan tumbuh kembang, badan kaku pada ototnya, gangguan koordinasi mata dan gangguan jaringan kulit.

Sonya sempat diperiksa di Puskesmas Simpang Tiga namun kemarin Senin, ia dirujuk ke RSUD Petala Bumi untuk mendapatkan perawatan lebih intensif. Namun, dikarenakan penyakit yang diderita Sonya harus melalui dokter spesialis, maka RSUD Petala Bumi mengatakan tidak lengkap dokter spesialis di tempat tersebut, maka diwacanakan lagi Sonya dipindah ke RSUD Arifin Achmad.

Sonya merupakan warga Kecamatan Bukit Raya Kelurahan Simpang Tiga RT 01 RW 10, ia menderita gizi buruk sejak berusia tujuh bulan akibat jatuh dari tempat tidur pada tahun 2006 silam.

Sonya pun telah dibawa berobat oleh ibunya yang merupakan janda ini ke puskesmas dan rumah sakit. Bahkan dikatakannya anaknya sempat ditolak ketika akan berobat di Rumah Sakit Petala Bumi.

Karena mendapat pelayanan yang kurang baik dari pihak rumah sakit, orangtua Sonya membawa anaknya pulang ke rumah, wanita asal Payakumbuh ini menuturkan alasan dia membawa pulang anaknya dikarenakan alasan dokter UGD harus berkolaborasi dengan Dokter RSUD.

 

Laporan : rik

Follow WhatsApp Channel RiauAktual untuk update berita terbaru setiap hari
Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index