MERANTI (RA)- Bahan bakar minyak (BBM) jenis solar sangat sulit didapati di Kabupaten Meranti. Kurangnya distibusi solar ke kabupaten termuda di Riau ini membuat para nelayan di Rangsang mengeluh. Pasalnya minyak solar merupakah kebutuh pokok bagi mereka dalam mencari rezki. Alhasil, untuk memenuhi kebutuhan tersebut para nelayan harus rela memebilinya ke provinsi tetangga yakni di Kabupaten Tanung Balai Karimun, Kepulauan Riau (Kepri). Tidak hanya jauh untuk mendapatkannya, harga yang ditawar jauh dari harga normal.
"Nelayan di tempat kami ini sangat mengeluhkan ketersediaan minyak solar. Kelangkaan terjadi sejak zaman Bengkalis sampai Kabupaten Meranti ini sudah ada Bupati. Tidak juga dapat mengatasi persoalan minyak solar bagi nelayan di Rangsang. Saya pun heran minyak solar tidak sampai ke desa kami dan desa desa tetangga juga tidak masuk sehingga untuk menghidupkan mesin kapal kami harus beli minyak sampai ke Tanjung Balai," ujar Mudin Nelayan Desa Rangsang.
Menurutnya kelangkaan solar tidak perlu terjadi di daerahnya sebab akan mematikan mata pencarian penduduk apalagi modal menjadi lebih besar karena harus membeli minyak solar dengan harga tinggi dari luar daerah. Oleh karena itu pihaknya juga berharap Pemerintah Daerah melalui Disperindag Meranti dapat memantau pendistribusian minyak solar dan mengalirkannya hingga ke desa-desa.
"Melihat solar ada dijual di Rangsang ini bagaikan pungguk merindukan bulan. Entah kapanlah nelayan disini mudah membeli solar lokal. Namun karena daerah ini sudah memiliki bupati tentunya tidak akan membiarkan nasib nelayan terus miskin. Saya berharap bupati mengerti dan meluangkan sedikit untuk membahas persoalan solar yang selalu sulit kami peroleh," harapnya.
"Hanya menangkap ikan di laut inilah kepandaian kami yang diturunkan orang tua kami sehingga mau tak mau nelayan menjadi pekerjaan turun-temurun," sambung Mudin.
Menurutnya lebih dari setengah masyarakat di desanya yang bergantung hidup pada jaring, tak ditepisnya pula meski tidak menjanjikan namun hasil melaut mampu membesarkan anak-anak nelayan kendati tidak mampu meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Anak-anak nelayan hanya mampu bersekolah di tingkat SMA saja.
