SMPN 33 Pekanbaru Alami Kekurangan Sarana Pendidikan

SMPN 33 Pekanbaru Alami Kekurangan Sarana Pendidikan
Ilustrasi. (int)

PEKANBARU, RiauAktual.com - Meskipun Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru telah mengalokasikan dana pendidikan jauh diatas rata-rata nasional, yakni 38 persen, dimana rata-rata nasional hanya berkisar 20 persen, hingga saat ini masih banyak sekolah di Pekanbaru yang mengalami kekurangan sarana pendidikan. Satu diantara banyak sekolah itu adalah SMPN 33 Pekanbaru yang berada di Jalan Sidorukun, Kecamatan Payung Sekaki.

Pantauan di lapangan kemarin, Rabu terlihat kondisi SMPN 33 yang memang miris jika dibanding SMPN lain di Pekanbaru. Beberapa sarana pendukung sekolah memang tidak terlihat, seperti pagar, kantin, Unit Kesehatan Sekolah (UKS), laboraturium, toilet dan sarana lainnya.

"Sampai saat ini kami memang masih banyak kekurangan sarana dan prasarana pendukung proses pembelajaran. Salah satu kekurangan yang sebenarnya harus digesa Pemko Pekanbaru dan Dinas Pendidikan (Disdik) Pekanbaru adalah Ruang Kelas Belajar (RKB)," ujar Kepala SMPN 33 Pekanbaru, Surya Suhersi yang akrab disapa Susi di ruang kerjanya.

Idealnya, sambung Susi, sekolah yang ia pimpin memerlukan 14 RKB, namun saat ini SMPN 33 baru memiliki sembilan RKB. Sebagai solusi mengatasi kekurangan RKB, SMPN 33 pun mengambil kesepakatan dengan melaksanakan proses pembelajaran double shift.

"Dalam beberapa tahun terakhir, peminat di SMPN 33 semakin meningkat. Tapi sayang, peningkatan itu tidak seimbang dengan sarana dan prasarana pendukung," imbuhnya.

Ditanya apakah kekurangan tersebut sudah dilaporkan ke Disdik Pekanbaru, Susi mengaku kekurangan sarana dan prasarana itu telah disampaikan ke Disdik Pekanbaru, khususnya bidang sarana prasarana. Namun, sampai saat ini belum ada tanda-tanda akan direalisasikan penambahan sarana tersebut.

"Kami minta Pemko dan Disdik Pekanbaru bisa memenuhi sarana dan prasarana pendukung proses pembelajaran. Sehingga, pembelajaran dapat berjalan lancar guna melahirkan genarasi muda yang handal, berwawasan luas dan berkarakter," terang Susi lebih jauh.

Disinggung kendala dalam penerapan proses pembelajaran double shift, Susi mengaku saat ini memang ada sedikit kendala. Apalagi, pada aplikasi Kurikulum 2013 (K13) proses pembelajaran seharusnya dilakukan pagi hari atau satu shift. Karena, jam belajar ditambah menjadi lebih lama.

"Jam pembelajaran ditambah karena dalam aplikasi K13 lebih ditekankan dalam pembentukan karakter siswa. Dimana usai materi disampaikan, siswa diminta melakukan praktek sesuai materi pembelajaran," papar Susi.

Namun, penanaman karakter urung dilakukan karena sejumlah sarana dan prasarana pendukung tidak tersedia, baik itu labor maupun Alat Peraga Pembelajaran (APP) tidak tersedia.

"Kami berharap, Pemko dan Disdik Pekanbaru bisa memperhatikan dan membenahi segala kekurangan yang ada di sekolah. Sehingga, maksud dan tujuan dari penerapan K13 bisa tercapai sesuai dengan yang diharapkan," ungkapnya. (ade)

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index