Riauaktual.com - Harga emas melemah pada Selasa (17/8/2021) kemarin dari posisi puncak lebih 1 minggu karena beberapa investor memilih dolar menyusul lonjakan varian delta Covid-19 yang mengancam pemulihan ekonomi global.
Harga emas di pasar spot turun 0,2% menjadi US$ 1.784,02 per ons setelah mencapai level tertinggi sejak 6 Agustus di US$ 1.795.25. Sementara emas berjangka AS ditutup melemah 0,1% ke 1.787,80 per ons.
Sementara indeks dolar melonjak 0,5%. Analis strategi RJO Futures, Daniel Pavilonis mengatakan penguatan dolar menambah beberapa tekanan pada logam mulia. "Namun imbal hasil obligasi pemerintah AS (treasury) memberi sedikit perlindungan pada emas, dan kami melihat kemungkinan inflasi lebih tinggi tanpa menaikkan suku bunga,” kata Pavilonis.
Namun pelemahan emas tertahan karena sejumlah sentimen seperti data penjualan ritel AS yang mengecewakan, meningkatnya infeksi Covid-19 di seluruh dunia dan gejolak di Afghanistan sehingga mengurangi minat aset berisiko seperti saham.
Emas sering bersaing dengan dolar sebagai instrumen penyimpan nilai yang aman selama ketidakpastian politik dan keuangan. Dengan penguatan dolar, membuat emas lebih mahal bagi yang memegang mata uang lain.
Sementara itu fokus pasar sekarang beralih ke risalah pertemuan bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) Juli yang dijadwalkan Rabu sebagai pijakan bank sentral mengurangi stimulus.
Analis HSBC James Steel dalam sebuah catatan mengatakan perebutan kekuasaan di Afghanistan biasanya tidak menggerakkan emas. "Namun kemenangan Taliban yang cepat secara tidak langsung mendukung aset safe haven seperti emas batangan, meskipun hanya sedikit. Dampaknya pada emas mungkin lebih besar dari yang dibayangkan sebelumnya, ” tambah Steel dalam catatan itu.
Di sisi lain, harga perak turun 0,9% menjadi US$ 23,60 per ons, setelah mencapai level tertinggi sejak 9 Agustus di US$ 23,95.
Platinum melemah 3,1% menjadi US$ 990,38 per ons, dan paladium melemah 4,6% menjadi US$ 2.485,55 per ons.
Sumber: CNBC
