Riauaktual.com - Jelang akhir pekan, nilai tukar rupiah dibuka menguat cukup tinggi sebesar 0,33 persen di level Rp 14.435 per dolar AS pada dibandingkan perdagangan kemarin di level Rp 14.482 per dolar AS.
Mayoritas mata uang di kawasan Asia justru melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,02 persen, dolar Singapura minus 0,05 persen, dolar, Taiwan minus 0,09 persen, won Korea Selatan melemah 0,07 persen, peso Filipina turun 0,02 persen, yuan China minus 0,09 persen, dan bath Thailand minus 0,14 persen.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama saingannya, turun 0,383 persen pada 91,905. Sementara nilai tukar rupiah terhadap euro menguat 0,39 persen ke level Rp 17.161, terhadap poundsterling Inggris naik 0,44 persen ke level Rp 20.152, dan terhadap dolar Australia juga menguat 0,39 persen ke level Rp 10.676.
Chief Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penguatan rupiah pagi ini memang imbas dari pelemahan indeks dolar AS. Di mana nilai tukar dolar AS melemah akibat hasil rapat FOMC, karena sesuai ekspektasi The Fed masih mempertahankan suku bunga acuannya di level 0-0,25 persen.
“Gubernur The Fed belum mengindikasikan potensi kebijakan tapering yang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya,” kata Josua, Jumat (30/7).
Menurut Josua hal tersebut dipengaruhi oleh pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell bahwa beberapa indikator kondisi perekonomian AS belum cukup signifikan, salah satunya tingkat pengangguran yang belum mencapai full employement.
Pelaku pasar akan mencermati data ekonomi AS seperti produk domestik bruto (PDB) kuartal kedua 2021 yang diperkirakan di angka sekitar 8,5 persen dari kuartal sebelumnya, di angka 6,4 persen. Selain itu, klaim pengangguran menurutnya diperkirakan cenderung menurun.
Josua memproyeksi, nilai tukar rupiah akan bergerak di rentang Rp 14.450-14.550 per dolar AS sepanjang hari ini.
Sumber: Rm.id
