Efek Kebijakan Baru WhatsApp Kehilangan Jutaan Pengguna

Efek Kebijakan Baru WhatsApp Kehilangan Jutaan Pengguna
Foto: DW (News)

Riauaktual.com - Kebijakan baru WhatsApp yang disampaikan secara tidak tepat telah mendorong jutaan penggunanya migrasi ke layanan alternatif seperti Telegram dan Signal.

Dilansir dari laman The Guardian, Senin (25/1/2021), akibat eksodus besar-besaran itu memaksa WhatsApp menunda penerapan kebijakan baru tersebut. Sedianya mulai berlaku 8 Februari diundur menjadi hingga 15 Mei guna mensosialisasikan kepada pengguna soal perubahan yang mereka buat.

Tapi ibarat nasi sudah jadi bubur, pindahnya pengguna ke layanan tetangga tidak terbendung. Selama tiga minggu pertama Januari, Signal sudah memperoleh 7,5 juta pengguna secara global. Sementara Telegram telah mendapatkan 25 juta pengguna baru.

Perusahaan analitik App Annie menunjukkan WhatsApp jatuh dari deretan teratas aplikasi yang diunduh di banyak negara. Di Inggris misalnya, WhatsApp melorot dari posisi delapan ke urutan 23 pada 12 Januari.

Sementara Signal yang pada 6 Januari belum masuk 1.000 aplikasi teratas meroket menjadi nomor satu hanya dalam tiga hari saja.

Niamh Sweeney, Direktur Kebijakan Publik WhatsApp untuk Eropa, Timur Tengah, dan Afrika, mengatakan kepada Komite Urusan Dalam Negeri Inggris bahwa eksodus besar-besaran belum lama ini diyakini terkait dengan pembaruan persyaratan layanan perusahaan. Pembaruan dimaksudkan untuk melakukan dua hal: mengaktifkan serangkaian fitur baru seputar perpesanan bisnis, dan 'membuat klarifikasi dan memberikan transparansi yang lebih besar' seputar kebijakan perusahaan yang sudah ada sebelumnya.

"Tidak ada perubahan pada berbagi data kami dengan Facebook di mana pun di dunia," tegas Sweeney.

Sayangnya dalam postingan yang viral, yang ironisnya menyebar luas lewat WhatsApp, menyebutkan kalau kebijakan privasi malah memberikan hak untuk membaca pesan pengguna dan menyerahkan informasi tersebut ke perusahaan induknya, Facebook.

"Kami ingin memperjelas bahwa pembaruan kebijakan tidak mempengaruhi privasi pesan Anda dengan teman atau keluarga dengan cara apa pun," kata WhatsApp.

Direktur of Market Insoghts App Annie, Amir Ghodrati, mengatakan jenis peralihan dalam aplikasi perpesanan dan jejaring sosial ini bukanlah hal yang aneh. Karena sifat dasar aplikasi sosial dan bagaimana fungsi utamanya melibatkan komunikasi dengan orang lain.

"Perkembangannya sering kali dapat bergerak cukup cepat, berdasarkan peristiwa terkini. Kami telah melihat permintaan yang meningkat selama beberapa tahun terakhir untuk pesan terenkripsi dan aplikasi yang berfokus pada privasi," ujarnya.

Dilanjutkan Ghodrati, pergeseran ke aplikasi perpesanan yang lebih berfokus pada privasi telah dibangun sebelum kasus WhatsApp ini. Aplikasi perpesanan yang menyediakan fitur privasi mengalami pertumbuhan keterlibatan terbesar pada paruh pertama tahun 2020.

"Aplikasi ini melihat rata-rata 30% lebih banyak pengguna aktif daripada alternatif," ujarnya.

Aplikasi seperti Signal, Telegram, Wickr, dan WhatsApp menawarkan fitur privasi mulai dari transfer data terenkripsi ujung ke ujung hingga 'pesan yang merusak diri sendiri'.

Ironisnya, dalam beberapa hal WhatsApp sebenarnya lebih fokus pada privasi daripada pesaingnya, Telegram. WhatsApp jadi yang pertama menerapkan enkripsi end-to-end guna mencegah penyedia layanan untuk dapat mengakses pesan pengguna yang tersetting secara default untuk setiap obrolan kecuali antara pengguna dan bisnis besar.

Sementara Telegram hanya mengaktifkan enkripsi ujung-ke-ujung untuk obrolan rahasia, sebuah opsi yang harus dipilih sendiri oleh pengguna untuk setiap kontak. Obrolan semacam itu "dimaksudkan untuk orang yang menginginkan lebih banyak kerahasiaan daripada orang kebanyakan", jelas layanan tersebut dalam FAQ.

Ikuti RiauAktual di GoogleNews

Berita Lainnya

Index